BAB 2. Tentang Damian dan Alasannya Menyukai Alana

1700 Kata
Damian berjalan bersama Gio dan Willy ke sebuah motel di pinggiran kota. Inggris sedang dingin-dinginnya karena sudah memasuki bulan Desember. Willy merapatkan Syalnya sambil mengikuti langkah panjang Damian yang terlihat begitu terburu-buru. "Dam, aku tahu kamu sedang risau, tapi bisa pelan sedikit nggak jalannya?" Ucapan Willy tidak di hiraukan oleh laki-laki itu. Damian terus melanjutkan langkahnya hingga dia sampai di depan pintu motel, setelah berjalan kurang lebih lima belas menit dari mobil yang mereka parkirkan di kafe terdekat. Melihat dari gelagat pegawai Resepsionis yang terlihat kaget dan buru-buru hendak mengambil ponsel, Damian berlari dan langsung merampas ponsel itu sambil menatap wanita itu dingin. "Kalau berani hubungi dia buat ngasih tahu aku ada di sini, aku pastikan kamu tidak akan bisa bertemu dengan keluargamu lagi." Ancam Damian kesal. Wanita itu mengangguk ketakutan, apalagi setelah matanya melihat keberadaan Willy Knight yang merupakan calon penguasa di wilayah itu. "Diam dan tenang, jangan membuat ribut. Kalau kamu mau semuanya baik-baik saja." Ucap Willy menambahkan. Damian sendiri sudah berusaha merampas buku tamu yang ada di meja wanita itu dan melihat ada nama seorang laki-laki yang dia kenali. Damian langsung berlari masuk ke dalam Lift diikuti oleh Willy. Gio sendiri tetap bertahan di samping Resepsionis untuk memastikan wanita itu tidak melakukan keributan atau sampai memberitahu orang yang hendak di grebek oleh Damian. "Sabar Dam, jangan pakai emosi!" Willy mengingatkan. Tapi Damian diam saja dan hanya mendesah. Laki-laki itu kembali berlari begitu LIft mengantarkannya ke lantai lima Motel itu. Damian berhenti di depan kamar dengan nomor 105. Laki-laki itu tidak langsung masuk ke sana tapi terlihat berpikir. Padahal di tangannya sudah ada kunci cadangan yang dia rampas dari Resepsionis di bawah. Alih-alih membuka pintu, Damian malah menghubungi seseorang dengan suara bisik-bisik. Laki-laki itu kemudian menyandarkan punggungnya di tembok bersama Willy yang memilih untuk diam saja setelah menyelesaikan panggilan telponnya dengan lebih dari satu orang. Tidak lama kemudian Cedric datang. Resepsionist di bawah sudah pucat pasi melihat orang nomor satu di negaranya datang ke motel kecil tempat orang membawa pasangan ilegalnya untuk bercinta. Dan tidak lama kemudian Count dan Countess Randall datang juga dengan lanngkah terburu-buru menuju lantai yang Damian infokan. Gio sudah bisa mencium akan ada skandal besar yang ramai diberitakan esok hari. "Sebenarnya ada apa Dam? kenapa kamu menyuruh kami ke sini dengan buru-buru?" tanya Count Randall penasaran. Damian hanya tersenyum, langkahnya kemudian mengarah ke depan kamar 105 sambil mengeluarkan kunci di kantong celana. Dalam hitungan detik pintu terbuka dan Damian menendangnya cukup keras. Terdengar jeritan dari dua orang yang mereka semua kenali dari dalam. Semua orang melangkah masuk dengan pensaran. Dan betapa kagetnya Randall dan sang istri ketika melihat putrinya sedang bercinta dengan laki-laki lain di atas ranjang yang ada di ruangan itu. Padahal pernikahannya dengan Damian sudah dalam tahap pembicaraan. Madeline Randall yang terkejut karena kedatangan semua orang langsung masuk ke dalam selimut setelah menjerit keras. Semua orang melihat bahwa milik sang laki-laki tercabut paksa karena Madeline yang bersingsut kaget. Perselingkuhan itu tidak terelakkan lagi. Willy dan Cedric menatap Damian dengan perasaan campur aduk. Dari ekspresi yang Damian tampilkan, dua orang itu bisa melihat ada rasa sakit disana. "Ayo kita bicarakan masalah ini di rumahmu besok. Silahkan selesaikan masalah ini dengan keluargamu." Ucap Damian dengan nada dingin. Setelahnya laki-laki itu pergi diikuti oleh Cedric dan Willy. Count dan Countess Randall langsung mengamuki Madeline. Wanita itu dan sang laki-laki tidak bisa mengelak. Keduanya hanya diam sampai Randall dan sang istri selesai marah dan memaksa mereka pulang. "Kalian pulang dulu aja, aku mau duduk dulu di sana." Ucap Damian sambil menunjuk sebuah bangku di pinggiran taman. Salju sedang turun sangat lebat saat itu, tapi baik Cedric maupun Willy tidak ada yang berani melarang Damian untuk duduk sendirian di tengah guyuran hujan Salju yang dingin. Gio juga hanya mendesah saja lalu mengikuti langkah Willy dan Cedric yang berjalan menuju mobil mereka. Beberapa orang yang ada di dekat Motel itu langsung tahu apa yang terjadi karena seorang OB yang sedang bekerja di lantai lima menyaksikan penggrebekan itu. Semua orang menatap Damian dengan tatapan prihatin. Mereka tahu bahwa selama ini Marquess Muda itu sangat baik dan perhatian pada Madeline. Sosial media mulai ramai membicarakan tentang perselingkuhan itu. Apalagi saksi mengatakan Damian mengajak Cedric dan Willy serta orang tua sang wanita untuk menjadi saksi perselingkuhan Madeline. Berita itu dengan disertai foto keberadaan mereka, seperti memfalidasi perselingkuhan Madeline di mata Masyarakat. Nama baik yang Madeline pertahankan selama bertahun-tahun demi menjadi gadis muda bangsawan paling diinginkan, hancur dalam semalam. Malam itu juga, Headline berita langsung berisi pemberitaan mengejutkan itu. Dan untuk itulah Damian perlu membuat suasana dramatis dengan duduk sendirian di tengah taman ketika salju sedang turun. Laki-laki itu ingin menyampaikan kesedihannya pada semua orang, karena dia tahu bahwa foto punggungnya yang tampak sedih di tengah guyuran hujan salju lebat itu akan menjadi viral dimana-mana dan menarik simpati publik. Semua orang berpikir Damian sedang patah hati sehingga dia sampai menahan dingin dengan duduk di kursi taman. Tidak ada yang tahu bahwa dalam diamnya sambil menatap salju yang terus turun, bibirnya justru dihiasi oleh senyuman yang begitu indah. Jika tidak sedang acting, Damian pasti sudah tertawa terbahak-bahak sambil menari di tengah salju karena akhirnya dia bisa lepas dari wanita yang sejak awal tidak dia sukai itu. "Akting kakak kurang Natural! dimana air mata kesedihannya?" Lian mengirimkan pesan penuh sindiran. Karena hanya Lian-lah yang tahu perasaan Damian yang sebenarnya malam ini. Anak itu juga yang membantu Damian menyusun skenario penggrebekan iMedeline dengan menyadap ponsel gadis itu dan kekasih gelapnya selama satu minggu lebih. "Wajahku yang tampan nanti jadi jelek kalau nangis. Punggung kakak aja udah cukup buat dijadikan bahan pemberitaan warga." Balas Damian dengan emoticon sombong. "Udah cukup Viral! mau sampai kapan di situ? Nanti beku. Cepet pulang!" Lian kembali mengirim pesan lagi setelah beberapa saat. Damian tersenyum lalu memasukkan ponselnya ke dalam saku celana. Laki-laki itu berencana untuk pulang karena tangannya mulai beku. Tapi sebuah payung berwarna putih tiba-tiba saja ada di atas kepalanya. Dan mengurungkan niatnya untuk beranjak. Damian kemudian menoleh ke belakang dan mendapati seorang wanita cantik sedang menatap khawatir sambil memegangi payung yang diarahkan ke atas kepala laki-laki itu. "Jangan siksa diri kamu hanya karena hal yang tidak pantas. Semangat!" ucapnya sambil tersenyum manis. Bahasa Inggrisnya cukup baik sekalipun masih memiliki logat Bahasa Indonesia. Damian reflek berdiri dan mengambil alih payung yang mulai berat karena tumpulan salju. "Alana! ayo cepetan nanti kita ketinggalan kelas!" Teriak seorang wanita dari pinggir Jalan. Alana mengangguk kemudian setengah berlari menghampiri. Meninggalkan Damian dalam keterkejutannya. Laki-laki itu bahkan belum sempat mengucapkan terimakasih. Boro-boro mengajak berkenalan. Selama beberapa menit, Damian mematung karena terpesona. Dia kemudian mengumpat kesal karena melewatkan kesempatan untuk berkenalan dengan gadis cantik itu. Sambil berjalan menuju mobilnya, Damian tersenyum karena menemukan sebuah nama yang tertempel di gagang payung pemberian gadis cantik itu. "Alana Rosemary, aku akan menemukanmu. Pasti!" gumam Damian lirih. *** Sesampainya di rumah, Jelita dan Oliver sudah menunggu dengan khawatir. Gio yang pulang lebih dulu sudah menjelaskan keadaan dengan rinci. Karena itu Jelita pikir putranya pasti sedang sangat terluka. Ketika Damian akhirnya pulang dengan jaket dan kepala yang basah karena tadi terkena Salju lebat, Jelita langsung berlari dan memeluk putranya itu sambil terisak. Sebagai seorang ibu, Jelitaseperti ikut merasakan rasa sakit yang ditanggung Damian. Padahal yang dia tangisi sebenarnya tidak terluka sedikitpun dan justru baru saja menemukan cinta baru. "Damian nggak papa kok Mom. Boleh nggak kalau Damie masuk ke kamar dulu. Ayo kita bicara besok aja." Ucap laki-laki itu dengan suara pelan. Seolah sedang menahan kesedihan yang mendalam. Jelita mengangguk sambil menghapus air matanya. Mata Oliver juga terlihat memerah membayangkan seberapa terlukanya putranya sekarang. "Maafkan Dad karena sudah memaksa kamu untuk berhubungan dengan perempuan itu." Oliver berucap penuh penyesalan. Damian tersenyum saja sambil terus berjalan masuk menuju kamarnya. Hal itu dia lakukan untuk semakin menyempurnakan akting sedihnya. Sesampai di kamar, barulah Damian melepaskan acting menyebalkannya dan berjoget gembira karena akhirnya bisa bebas dari perjodohan. Oliver berjanji akan mengijinkan Damian memilih jodohnya sendiri, seandainya Madeline yang terkenal sebagai gadis paling baik di Inggris tidak mememuhi standar untuk menjadi istri Damian. Dan setelah bersusah payah, akhirnya Damian bisa membuktikan kebusukan Madeline. Lian yang sudah tahu semuanya masuk tanpa permisi ke kamar kakaknya dan menatap Damian yang sedang berjoget dengan malas. "Mana upah?" tanyanya sambil menyodorkan telapak tangannya. "Gila, baru juga pulang udah minta upah aja." Protes Damian sambil merogoh kantong celananya kemudian memberikan kartu hitamnya pada sang adik. "Kakak tambahin dua kali lipat, kalau kamu berhasil cari tahu orang yang bernama Alana Rosemary. Dia orang indonesia dan usianya kisaran dua puluhan. Rambutnya panjang agak kecoklatan. Matanya bulat dan bulu matanya lentik. Dia terlihat seperti pelajar atau semacamnya di Inggris." ucapan Damian membuat Lian mengerutkan dahi. "Siapa lagi dia? mau apa lagi sih?" Laki-laki itu mendesah karena sudah terlalu muak dengan perilaku kakaknya. "Mungkin dia calon kakak ipar kamu." Balas Damian sambil tersenyum lebar. "Dia udah punya suami tuh!" ucapan Lian langsung meredupkan senyuman Damian. "Jangan bohong! kaya kenal aja sama orangnya." Damian mencibir. Tapi wajah meledeknya langsung sirna begitu Lian menunjukkan sebuah akun i********: milik seorang laki-laki yang terlihat seperti pengusaha. Diantara semua foto yang di post, ada foto pernikahannya dengan Alana. "Sudah kan? jangan macem-macem sama istri orang kak! kepalamu bisa putus di penggal kakek." Lian memperingatkan sambil berlalu menuju kamarnya. Sementara Damian masih terdiam dengan pikirannya yang seolah belum puas dengan informasi kilat yang dia dapatkan dari sang adik. "Roni, cari tahu tentang pernikahan Alana Rosemary dan Argo Rama Gunawan." Damian mengirimkan pesan pada orangnya yang sedang menjalankan tugas di Indonesia. "Siap Tuan Muda! kebetulan penyelidikan soal produk yang di selundupkan ke Indonesia berhubungan dengan Arga Rama Gunawan. Minimarket miliknya menjadi wadah untuk penujualan barang-barang ilegal itu." Balasan Roni membuat senyum di bibir Damian terbit. "Lalu ada gosip atau kabar soal pernikahan laki-laki itu nggak?" "Kabarnya dia berselingkuh dengan sekertarisnya sendiri. Ini bisa dijadikan alat untuk menghancurkannya karena dia cukup merugikan Windsor dengan menjadi penadah penyelundupan barang kita." Jawab Roni semakin memperlebar senyum di bibir Damian. "Cari bukti perselingkuhan Argo! aku akan terbang ke Indonesia dalam waktu dekat. Jangan beritahu siapapun termasuk orang tuaku, apalagi kakek." "Baik Tuan Muda!" "Masih ada kesempatan. Siapa yang peduli dia sudah punya suami. Selagi suaminya nggak becus, bisa ku rebut kapan saja." Damian bergumam dengan disertai senyuman licik. "Tunggu aku di Indonesia Alana!" ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN