“Satria ....” Sabrina menatap nanar pada pria itu. Satria menoleh pada Sabrina yang dia yakin sangat terkejut dengan ucapannya. Tatapan mereka saling bertemu, tetapi Satria kembali menoleh pada pria paruh baya di depannya. Dia sudah muak dengan gadis itu yang selalu mempermainkan perasaannya. “Saya serius ingin menikahi putri anda, Om,” katanya mengulang kembali ucapannya. Seno menarik napas panjang, menatap dua orang di depannya. “Kita bicara di dalam.” Seno lantas memutar tubuhnya dan melangkah masuk ke dalam. “Ayo, Sab!” Satria menggandeng tangan Sabrina mengajaknya masuk ke dalam rumah di mana Seno sudah menunggu mereka di sofa tunggal ruang tamu. Sorot mata Seno memperhatikan pasangan itu di mana si pria yang menggandeng tangan putrinya. Tidak tahukah pria itu kalau putrin