“Aku pernah bodoh karena melepaskan kamu dulu,” lanjut Athar, “tapi Allah kasih aku kesempatan kedua. Dan aku bersumpah, aku nggak akan sia-siain itu. Kamu satu-satunya rumah buat hati aku, sayang…” Zaozah memeluk Athar erat, tubuhnya bergetar karena haru. Tak ada lagi keraguan di hatinya. Meskipun masa lalu Athar tak selalu sempurna, cintanya — sejak remaja hingga kini — telah bertahan, menyala dalam diam, dan kini tumbuh makin hangat bersama keluarga kecil mereka. Di perjalanan pulang, Zaozah tiba-tiba menoleh ke arah Athar yang menyetir santai sambil bersenandung kecil. “Ayolah mas… aku pengen pecel lele sambel setan, yang super pedes itu lho,” ujarnya dengan mata berbinar. Athar melirik dengan heran, “Yang pedes banget itu? Yang terakhir kita makan kamu aja sampai nangis?” Zaozah

