Mata Zaozah yang masih buram karena setengah sadar, berusaha menyesuaikan dengan cahaya remang-remang di ruangan tua itu. Nafasnya tersengal, d**a naik turun cepat karena tegang. Siluet seorang pria bertubuh tinggi dan tegap berjalan pelan menghampirinya. Langkah kaki berat itu terdengar menggema di antara lantai kayu yang berderit. Cahaya temaram menyibak wajah pria tersebut perlahan—membuat Zaozah sontak terbelalak. “Azzam?” Suara itu nyaris hanya berupa bisikan. Tapi pria itu mengangguk sambil tersenyum sinis. "Masih ingat aku rupanya," ucap Azzam, suaranya dalam dan mengandung nada mengejek. Ia berdiri di hadapan Zaozah yang masih terikat, menatapnya dari atas ke bawah dengan pandangan yang mencurigakan. Zaozah menelan ludah, mencoba tetap tenang. “Apa maksud semua ini, Zam? Kenap