Suasana kantin kampus itu cukup ramai, seperti biasa, dengan mahasiswa yang sibuk berbincang atau menikmati makan siang mereka. Namun di salah satu sudut, ada seorang pria yang duduk di meja dengan tatapan kosong. Ares menatap lurus ke depan, tidak benar-benar melihat apa yang ada di depannya. Matanya kosong, seolah sedang memikirkan sesuatu yang dalam, namun seakan tidak ada jawaban yang bisa ia temukan. Ia merasa ada sesuatu yang mengganjal di hatinya, sesuatu yang terus berputar di pikirannya, meskipun ia enggan untuk menghadapinya. Di meja yang berseberangan, Kean dan Gavin duduk dengan raut wajah yang serius. Mereka memandang Ares dengan ekspresi yang campur aduk—khawatir, prihatin, bahkan sedikit kecewa. Bulan depan, Kean dan Gavin akan menjalani wisuda, langkah selanjutnya setelah