EL. 161 RESEPSI BESAR

1715 Kata

Raka berpikir untuk mencari kalimat yang tepat dalam menjelaskan kepada Zia. "Maksud Paman, suami nemplok di badan istrinya itu, suami istri harus saling menyayangi, berpegangan tangan, saling mencintai. Begitu, Zia sayang." "Oh. Tapi cuma suami istri yang lobeh ya, Paman. Lakau pacaran tidak lobeh?" "Tidak boleh, Sayang. Kalau belum suami istri tidak boleh pegangan." Kepala Raka menggeleng. "Heum. Zia tahu. Waktu Wisnu mau gandeng tangan Zia. Zia nggak mau. Itu dosa ya, Paman." "Iya, Sayang." "Nah, Paman sudah pintar serakang. Karena Zia merenti yang Paman jelaskan. Terima kasih ya, Paman." Zia mengangkat kedua jempol tangannya. "Jadi selama ini dia menganggap aku bodoh." Raka menggerutu. Semua yang mendengar tersenyum. "Paman biraca apa?" "Zia pintar, cantik." Raka terkekeh.

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN