9. Harj Pertama

1003 Kata
Hari pertama pernikahan harusnya adalah hari bahagia untuk pengantin baru. Hari di mana mempelai pengantin menghabiskan waktu berduaan di kamar atau di mana pun mereka berada. Namun, hal itu tidak berlaku untuk Adam dan Tila. Kedua pasangan suami istri yang baru saja menikah kemarin itu sibuk dengan urusan mereka masing-masing. Ada Adam yang sibuk dengan laptopnya menyelesaikan pekerjaan yang tertunda karena cuti menikah. Sementara Tila sendiri sibuk mengganti chenel televisi yang sedang ia tonton. Tak lama suara dering ponsel Tila terdengar, membuat wanita itu segera mengangkatnya. "Halo, Sam." "Tila, kamu enggak jadi ke rumah sakit?" Suara Sam terdengar dari seberang sana, membuat Tila menepuk dahinya pelan. Ia lupa memberitahu pada Sam jika ia harus menunda kunjungannya ke rumah sakit. "Maaf, aku enggak bisa datang, Sam. Aku sedang ada urusan. Sepertinya rencanaku harus di tunda." Sambil berkata, Tila melirik sinis ke arah Adam, kemudian ia kembali menatap layar televisi 32 inch yang tengah menampilkan iklan. Gara-gara pria ini, ia harus menunda perjalanannya untuk menjenguk Lula di rumah sakit. Semoga saja dia sakit, doa Tila untuk Adam. "Oh, ya sudah kalau begitu. Aku juga sudah katakan kalau kamu enggak akan bisa keluar rumah di hari pertama kamu menjadi istri." Sam berkata dengan santai tidak tahu jika saat ini Tila sedang diam-diam mengepalkan tangan kanannya di atas paha. Tila benci dengan julukan tersebut. Istri? Tila tersenyum miring. Tidak akan ada drama suami istri di rumah tangganya dengan Adam. "Ah, enggak ada hubungannya dengan itu," kata Tila menyahut. "Jangan salah paham. Enggak ada apa-apa, yang ada di dalam pikiran kamu, Sam. You know me," tandasnya, membuat Sam mengiyakan saja. Tak lama Sam kemudian menutup telepon, membuat Tila kembali meletakkan ponselnya di meja. Suara pesan masuk di ponselnya kembali terdengar membuat Tila mengambil ponsel dan memeriksa pesan masuk yang ternyata berasal dari Sam. "Mbak Tila, ini Lula. Mbak Tila kirim foto selfie mbak Tila sekarang. Aku mau lihat." Seperti itulah pesan yang dikirim Lula melakui ponsel Sam. Tila menarik napasnya akan permintaan ibu hamil satu ini. Segera, Tila menarik napas dan mencoba tersenyum sebaik mungkin sebelum akhirnya ia membidik wajahnya melalui kamera ponselnya. Setelah memastikan ekspresinya baik-baik saja, Tila mengirim foto selfienya pada Sam yang dibalas emot love dari Tila. Wanita hamil itu bahkan mengambil gambar tengah di suap buah oleh Sam yang langsung dikirim ke Tila lagi. "Ah, ibu hamil memang manja, Mbak Tila. Memangnya Mbak Tila saja yang mesraan sama suami mentang-mentang pengantin baru?" Tila spontan tertawa membaca pesan Lula berikut dengan foto wanita itu dan juga Sam. Tidak tahu pikiran dari mana sampai Lula mengira jika dirinya sedang bermesraan dengan iblis itu. Sementara Tila sibuk membalas pesan Lula, pria yang berstatus sebagai suaminya itu kini diam-diam menatapnya dengan tatapan tajam. Tawa Tila dan ekspresi bahagia wanita itu membuat Adam tidak suka. Ia tidak suka Tila bahagia. Ia ingin Tila menderita, sama seperti dirinya. "Mesraan dengan pria lain melalui pesan chat di kamar pengantin. Huh, mungkin dia satu-satunya perempuan yang berani melakukan itu. Bukan perempuan baik-baik," sindir Adam. Pria itu kemudian menunduk dan menatap laptopnya kembali. Sementara punggungnya ia buat senyaman mungkin bersandar pada tempat tidur. Deg! Tila spontan menoleh dan menatap ke arah Adam. Kemudian, tanpa merespons, Tila mengangkat bahunya acuh. Apa pun yang diucapkan Adam, anggaplah lebah yang tengah mengerumuni madu. "Cih, enggak tahu malu. Urat malu perempuan zaman sekarang banyak yang sudah terputus." Kembali Adam mencibir ketika tidak mendapat respons dari Tila. Dalam hati Adam membenci sikap cuek Tila pada semua kata-kata menyakitkan yang ia keluarkan. "Hmp! Ada laki-laki yang sok dewasa dan bijak. Tapi, punya hobi nyirnyir." Tiba-tiba saja Tila berkata tanpa mengalihkan tatapannya pada layar ponsel. Fokus wanita itu tertuju pada layar ponsel dan tidak memedulikan reaksi Adam yang kini sudah menatap ke arahnya. "Iya. Hobi nyirnyir dan suka mengurusi urusan orang lain. Memangnya dia pikir dia siapa?" Tila mendumel seolah ia sedang berbicara dengan orang lain. Tapi, Adam tahu jika saat ini Tila sedang menyerangnya balik. Adam menarik napasnya sebentar sebelum kembali menghembuskannya pelan. Adam tidak akan peduli dengan wanita itu. Adam kemudian diam dan kembali fokus mengerjakan tugasnya. Sementara Tila sendiri akhirnya diam ketika tidak mendapat balasan dari Adam lagi. Di rumah sakit. Lula menatap layar ponsel yang tidak menampilkan notifikasi sama sekali membuatnya segera melemparkan tatapan polosnya pada sang suami. "Mas, kok Mbak Lula nggak bales pesan aku? Apa HP Mas Sam rusak?" Matanya harga di polos membuat suaminya yang sedang mengupas apel mengulum senyum menggemaskan pada wajah istrinya. "Mungkin Tila lagi sibuk. Kamu tahu sendiri kalau pengantin baru memang pasti mesra-mesraan," bohong Sam. Tila dan Adam bermesraan? Huh, itu tidak akan pernah terjadi mengingat bagaimana hubungan keduanya yang tampak tidak harmonis terlebih lagi masa lalu mereka yang masih mengikat. Lula tersenyum menatap pada suaminya. "Semoga saja nanti Mbak Tila langsung dapat baby seperti kita, Mas. Biar boy kita nanti ada temannya, dan Babby kita juga punya temennya." Tidak lupa wanita itu juga mengusap perutnya yang agak sedikit buncit dengan senyum merekah menghiasi wajah cantiknya. "Iya, Sayang. Ini makan dulu buahnya." Segera Lula membuka lebar bibirnya menerima suapan buah apel untuk yang kesekian kalinya dari sang suami yang dengan telaten memotong buah-buahannya. Andai saja kemarin ia tidak mengeluh sakit mungkin saat ini ia sedang berada di rumah menikmati posisi leha-lehanya. Namun, suami yang super sibuk ini justru takut sesuatu yang tidak diinginkan terjadi padanya dan juga bayi yang sedang. Maka dari itu, Luka harus pasrah mendengarkan permintaan Sam agar mau dirawat di rumah sakit selama beberapa hari. Sementara Sam, meski tidak terlalu banyak bicara pria itu tentu saja memberikan perhatian penuh pada istrinya. Tak nama pintu terbuka dan menampilkan sosok ibu tiri Lula yang membawakan rentang makanan. Wanita itu tersenyum menatap anak dan menantunya. "Bagaimana kondisi kamu sekarang, Lula?" "Baik, Mam. Apalagi ada suami yang merawat dengan sepenuh hati." Wanita itu mengedipkan matanya pada sang suami, begitu juga pada ibu tirinya yang begitu baik padanya. "Kalau begitu Mama berdoa semoga Lula cepat keluar dari rumah sakit dalam keadaan sehat walafiat." Doa tulis diberikan oleh Mama tirinya Lula, yang tentu saja langsung diaminkan oleh wanita itu dan juga Sam.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN