Urat-urat di leher Gina terlihat dari balik kulit putihnya. Kedua tangannya pun tanpa sadar sudah mengepal kuat-kuat. Emosinya selalu saja tidak stabil usai kepergian Becca tiga bulan yang lalu. Terlebih lagi, sampai detik ini pun, orang-orang suruhannya belum ada yang mengetahui di mana keberadaan Becca. Entah gadis itu masih di Jakarta, kembali ke L.A, atau bertahan di belahan dunia lain pun, Gina tidak tahu. Bukan hanya kepergian Becca saja yang memusingkan bagi Gina, tapi juga urusan perusahaan yang sudah dia pimpin usai meninggalnya mendiang suaminya delapan tahun lalu. "Punya ilmu sakti apa itu anak Sampai-sampai, nafasnya saja tidak terendus oleh orang-orangku." gumam Gina pelan, namun masih bisa didengar oleh yang lain. Tiba-tiba saja, ketika Gina sedang memikirkan kepergian Bec

