“A, anter Mama dulu sebentar,” panggil Mama ketika aku sedang asik mendengarkan obrolan dan candaan saudara-saudara sepupu yang sebagian besar baru aku kenal hari ini. Aku pun pamitan pada mereka dan beranjak meninggalkannya, lalu berjalan membuntuti Mama yang sepetinya mengajakku pulang ke rumah. Namun ternyata Mama mengajak mampir ke rumah salah seorang kerabat dekat yang rumhanya tak jauh dari rumah Uwa. Rumahnya sangat sepi dan terkunci. Mungkin seluruh penghuninya sedang kumpul juga di rumah Uwa. Mama mengajakku duduk di bale-bale samping rumah Mang Arkam itu. “Ada apa, Ma?” tanyaku heran seraya menatap lekat-lekat wajah Mama yang terlihat sangat tegang dan sepertinya sedang menyimpan sesuatu yang sangat penting. “Eh… eeeh, Aa gak suka bukan sama Teh Alda?” tanya Mama tiba-tiba,