Di meja tempat Rielle dan Jingga duduk, udara terasa berat. Bukan hanya karena percakapan yang kaku dan penuh lapisan emosi, tapi juga karena kehadiran Jehan yang duduk terlalu dekat, menembus batas kenyamanan pribadi Rielle. Tatapan dingin, jeda napas yang panjang, dan senyum yang dipaksakan menciptakan atmosfer yang tegang sekaligus panas. Namun, ketegangan itu tidak hanya terasa di meja mereka. Beberapa meja di sekitarnya ikut menjadi saksi bisu. Salah satunya adalah meja yang tidak jauh dari meja mereka, di mana Harven duduk bersama dua temannya, Jegar dan Maraka. Dari posisi itu, Harven bisa melihat jelas jarak yang terlalu sempit antara Rielle dan Jehan. Kedua tangannya, yang semula santai di atas meja, kini perlahan mengepal erat. Jegar, yang sedari tadi memperhatikan arah pandang

