Pagi itu, Harven mengerjapkan matanya pelan, mencoba mengusir sisa kantuk sebelum membuka mata sepenuhnya. Ia duduk di tepi tempat tidur, memandang sisi ranjang yang sudah rapi dan kosong. "Ternyata dia sudah bangun duluan," gumamnya lirih. Jam di nakas menunjukkan pukul delapan. Ia tahu tidak ada jadwal kuliah pagi ini—hanya satu mata kuliah siang nanti pukul satu. Dengan langkah malas, ia menuju kamar mandi untuk mencuci wajah dan menggosok gigi. Begitu keluar, aroma masakan langsung menyambutnya. Harven berjalan ke dapur dan mendapati sang mama, Terresia, sibuk di depan kompor. "Pagi, Ma," sapanya sambil mengambil sebotol air mineral dari meja makan. "Pagi, sayang," jawab Terresia sambil menoleh sekilas, senyum hangat terukir di wajahnya. Harven duduk di kursi, matanya menyapu rua

