“Gue udah dapet tempat magang. Kalau lo mau, ikut aja di tempat gue,” ucap Jingga sambil menyandarkan dagu di telapak tangannya. Rielle tersenyum kecil, meski senyum itu seperti tertahan sesuatu. “Kalau bisa sih, gue mau banget sama lo. Tapi, kondisi kaki gue begini, Ga. Kayaknya perusahaan tempat lo magang enggak akan mau nerima,” ucapnya lirih, matanya sekilas menatap ke arah kakinya sendiri sebelum kembali pada Jingga. “Magang di tempatku saja,” suara itu datang begitu saja, memotong percakapan mereka. Rielle refleks menoleh. Jantungnya seolah terhenti sepersekian detik. Jehan berdiri di sana, menatapnya sambil membawa senyum yang terlalu leluasa. Tanpa meminta izin, pria itu langsung menarik kursi dan duduk di samping Rielle, jaraknya terlalu dekat untuk sekadar basa-basi. “Kak ...

