Rielle masuk ke kamar tepat ketika Harven baru saja keluar dari kamar mandi. Aroma sabun masih menempel segar di tubuh pria itu, sementara butiran air menetes dari ujung rambutnya yang basah. Harven sedang mengusap rambutnya dengan handuk, lalu menoleh begitu melihat istrinya. “Udah selesai ngobrol sama Mama?” tanyanya ringan, meski sorot matanya penuh perhatian. “Udah,” jawab Rielle singkat. Ia meletakkan sling bagnya di atas nakas, lalu dengan langkah hati-hati berjalan ke arah Harven tanpa bantuan kruknya. Ada tekad di dalam dirinya untuk berdiri tegak di hadapan pria itu. “Ada apa?” Harven mengernyitkan dahi, sedikit heran, apalagi melihat keseriusan di wajah istrinya. Rielle berdiri tepat di depan Harven, menatap lurus ke matanya. Suaranya pelan namun jelas, “Apa kamu benar-benar

