Dapur apartemen terasa hangat oleh aroma sop ayam yang mengepul dari panci. Rielle berdiri di depan kompor dengan bantuan kruknya, memindahkan sop ke mangkuk besar. Walau masih kaku mengingat kejadian siang tadi, ia memutuskan untuk bersikap seperti biasa. Harven duduk di meja makan, pura-pura sibuk memeriksa ponselnya padahal telinganya menangkap setiap suara gerakan Rielle di dapur. Begitu Rielle datang membawa sop, ia spontan berdiri dan mengambilkan mangkuk sopnya. “Biar aku,” ucap Harven cepat, membuat Rielle terkejut sesaat sebelum menyerahkan mangkuk itu. “Terima kasih…” jawabnya pelan. Mereka mulai makan dalam diam. Hanya terdengar bunyi sendok yang beradu dengan piring. Sesekali, pandangan mereka bertemu, lalu sama-sama buru-buru menunduk. Harven yang biasanya dingin, malam i

