“Kamu mau antar aku ke kampus?” tanya Rielle, suaranya pelan namun penuh nada memastikan, seolah takut pendengarannya hanya berkhayal. “Iya. Kenapa?” balas Harven, alisnya sedikit terangkat, tidak mengerti kenapa pertanyaan itu terdengar seperti sesuatu yang aneh. Rielle memandangnya agak lama, lalu mengerlingkan mata dengan tatapan yang sulit ditebak. “Kamu enggak sedang sakit, kan?” tanyanya dengan nada heran. Harven mendengus pendek. “Enggak. Memangnya, apa yang salah kalau aku mau mengantarmu?” Rielle mengangkat bahu, tapi matanya menatap tajam. “Bukankah kamu sendiri yang bilang enggak mau ada keributan di kampus? Kalau anak-anak di kampus lihat aku turun dari mobilmu, bukankah itu sama saja mengundang masalah?” Kata-kata itu membuat Harven terdiam. Ia tahu Rielle ada benarnya. T

