Lampu-lampu taman rumah sakit menyala lembut. Udara dingin, tapi heningnya malam justru terasa damai setelah hari panjang yang penuh amarah dan air mata. Liora duduk di bangku taman. Tatapannya kosong ke arah air mancur kecil di tengah taman. Zayne berdiri tidak jauh darinya, bersandar di tiang. Sorot matanya masih sama, dalam, hangat, dan penuh sesuatu yang Liora nggak mau artikan. Beberapa menit hening sebelum Liora bicara pelan, “Zayne … udah malam. Pulang gih.” Cowok itu melirik jam di pergelangan tangannya. Jarum menunjuk hampir pukul tujuh malam. Ia menarik napas pelan. “Iya, aku tau …” Tapi Zayne nggak bergerak sedikit pun. Matanya masih tertuju ke arah Liora. Gadis itu duduk di bawah cahaya lampu taman, wajahnya pucat, tapi tetap indah dengan aura lembut yang bahkan kesediha

