Bab 2

860 Kata
Keesokkan paginya, semuanya sudah berkumpul untuk sarapan, selama Max di sini, Evan memintanya untuk membantunya dalam menghandle kantornya. Dan beruntungnya dia tidak keberatan. "Jika Paman Max bekerja dengan Daddy, lalu kapan dia akan ada waktu untukku?" Catherine mengomel dan tidak setuju dengan perkataan Daddy-nya karena dia bahkan berencana ingin menganggu pamannya ini agar selalu bisa menemaninya. "Kau bisa katakan kapanpun, Daddy tidak melarangnya. Daddy hanya tidak ingin pamanmu bosan selama di sini." Ucap Evan. "Kalau begitu aku ingin waktu paman seharian ini bersamaku, aku ingin menghabiskan uangnya." Catherine terkekeh yang membuat semuanya akhirnya tertawa, "Perlu kau tau, jika hanya kau yang bisa membuat paman-mu tersenyum dan tertawa seperti ini. Dia sangat kaku." Ucap Thresa yang di benarkan oleh Evan sang suami. "Ya, aku pastikan paman Max hanya akan memberikan senyumnya padaku." Ucap Catherine dengan percaya diri. "Baiklah! Selama di sini. Aku milikmu." Ucap Max yang membuat Catherine semakin lebar. Mereka memulai sarapan bersama terlebih dahulu sebelum Evan pergi ke kantor. Dan Catherine akan bersama Max ke pusat pembelanjaan di negara ini. Sebenarnya Catherine dan Max sudah mengajak Thresa, namun dia tidak mau dan mengaku lelah ingin bersantai di manaion saja. Mereka akhirnya hanya berdua. Sedari tadi, Catherine merangkul tangan pamannya dan tidak melepaskannya. Max sendiri tidak keberatan karena Catherine adalah keponakannya. "Paman, sejujurnya ada yang ingin aku katakan." Ucap Catherine yang membuat Max mengerutkan dahinya. "Ada apa? Sepertinya serius? Kau sedang memiliki masalah?" Tanya Max karena menjadi khawatir sendiri. "Paman, bisakah kau membujuk Mommy dan Daddy untuk mengizinkanku pindah kuliah?" Ucap Catherine yang bahkan memohon kepada pamannya ini. "Pindah? Kenapa? Apa ada yang menganggumu di kampus?" Tanya Max yang ditanggapi. Catherine dengan gelengan. "Tidak ada, hanya saja aku ingin suasana baru, aku ingin merasa mandiri, karena Mommy dan Daddy selalu menganggapku masih berumur 10 tahun." Ucap Catherine kesal. "Kau memang masih menggemaskan seperti terakhir aku melihatnu." Ucap Max terkekeh yang membuat Catherine cemberut, namun sejujurnya dia tersenyum tipis dengan perkataan pamannya. "Ayolah, Paman. Bujuklah mereka." "Memangnya kau ingin pindah ke mana?" Tanya Max. "Ke negaramu. Aku ingin tinggal denganmu." Ucap Catherine tersenyum yang membuat Max terkejut. "Kenapa?" Tanyanya. "Sudah aku katakan, aku ingin mandiri. Aku juga ingin tinggal denganmu, kau tidak pernah mengunjungiku dan tidak pernah memanjakanku, sekarang aku akan memintanya." Ucap Catherine tersenyum. "Di sana aku memiliki kesibukan, Cath. Aku takut jika tidak bisa menjagamu dan pasti orang tuamu mengamuk dengan Paman, kau tau sendiri bagaimana syaangnya mereka kepadamu." Ucap Max. Di selama ini snagat gila bekerja, jika Catherine tinggal bersamanya, dia takut jika tidak bisa maksimal menjaganya. "Aku berjanji tidak akan menyusahkanmu, aku hanya perlu tempat tinggal untukku berteduh, Paman. Aku juga berjanji tidak akan nakal. Aku ingin suasana baru dan lingkungan baru." Catherine tetap memohon dan membunuk pamannya untuk membantunya namun Max masih diam saja. "Aku tidak yakin jika orang tuamu mengizinkannya, Cath. Akan lebih baik jika kau membujuk mereka, jika memang orang tuamu memgizinkannya. Kau boleh tinggal bersama Paman." Ucap Max pada akhirnya. Dia tidak bisa menjanjikan membujuk kakaknya karena tau bagaimana posesifnya Evan dan Thresa kepada Catherine, putri satu-satunya yang mereka punya. Catherine sendiri tersenyum dan akhirnya mengangguk, dia sedikit lega karena pamannya mau menampungnya di mansionnya jika dia sudah mendapatkan izin dari orang tuanya. Catherine benar-benar memanfaatkan harinya dengan pamannya, bahkan mereka bukan seperti paman dan keponakan, melainkan seperti sepasang kekasih karena Catherine selalu menempel kepadanya dan bahkan sesekali mencium pipi Max ketika di belikan sesuatu. Max sendiri hanya menanggapinya dengan senyuman dan menganggap ciuman Catherine seperti ciuman sayang kepadanya sebagai pamannya. Setelah puas berjalan-jalan dan belanja, mereka pulang karena Catherine sendiri sudah sangat lelah. Sedangkan di mansion, Thresa terkejut karema ada orang yang datang dan mengantarkan barang belanjaan yang ternyata itu milik putrinya. Kebetulan saat dia melihat belanjaan putrinya, dia sudah datang bersama adik iparnya. "Astaga, Sayang. Kau benar-benar merampok pamanmu." "Aku mengetes uang Paman Max, ternyata masih sangat banyak meskipun aku meminta semua ini." Ucap Catherine terkekeh bahkan tanpa merasa bersalah. "Tidak masalah, Kak. Ini hanya uang kecil." Ucap Max terkekeh sendiri, "Tapi ini sangat berlebihan, Max. Jangan terlalu memanjakannya." Thresa mengomel kepada putrinya namun Catherine malah menyilangkan tangannya di dadanya. "Bahkan saat belnja bersamamu, kau seperti ingin membukakan toko baju untukku, Mom! Kau membelikanku baju yang bahkan tidak aku mau." Ucap Catherine yang membuat Thresa akhirnya terkekeh dan menggaruk dahinya. "Catherine memang kesayangan kita, Kak. Jadi biarkan saja." Max tidak mempermasalahkannya. "Waah, ada apa ini?" Evan yang baru pulang bekerja menyauti keluarganya yang terlihat berkumpul. "Kadi ini hasil rampokan-mu, Sayang?" Lanjutnya yang baru sadar ketika melihat banyak belanjaan di sofa. Catherine terkekeh dan mengangguk yang membuat Evan akhirnya tertawa. "Pamanmu sangat kaya, rampok saja semuanya." Bukannya memarahi putrinya, Evan malah mendukung putrinya unruk menghabiskan uang adiknya. "Hm, aku sedang melakakukannya, dan mungkin akan sering melakukannya." Catherine tersenyum miring yang membuat Max tersenyum dan menggelengkan kepalanya pelan. "Tidak masalah, asal kau mampu menghabiskannya." Max malah menantang Catherine. "Ngomong-ngomong, Daddy sudah pulang? Ini masih jam berapa?" Catherine bahkan sampai melihat jam tangannya karen melihat ayahnya tumben pulang sangat awal. "Hm, Daddy tidak ada mering lagi, jadi Daddy memutuskan pulang saja." Mereka tidak mengobrol lama, karena Max pamit ke kamarnya, ada telefon masuk dari asisten pribadinya, untuk itu dia pamit ke atas lebih dulu.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN