Bab 4

1161 Kata
Kini Catherine sedang berada di club bersama Viola, mereka sengaja bertemu karena Catine juga ingin menceritakan tentang kebahagiannya yang di izinkam oleh orang tuanya pindah kuliah di sana. "Lalu bagaimana denganmu? Kau bilang kau akan mengikutiku?" Tanya Catherine yang membuat Viola terkekeh. "Iya. Aku akan pindah juga. Kalau orang tuaku sudah pasti mengizinkanku." Jawabnya dengan santai. "Ck! Kau terlalu di manjakan oleh mereka." "Sama saja denganmu, kau seharusnya mengaca dirimu sendiri." Jawan Viola yang di tanggapi Catherine dengan kekehan. "Lalu bagaimana selanjutnya?" Tanya Viola. Catherine tersenyum sambil mempermainkan gelasnya. "Tentu saja dengan rencana awal, jika ingin Paman Max jatuh dalam pelukanku, aku harus selalu bersamanya dan menggodanya." Ucapnya tersenyum lebar. "Cath, apa kau tidak takut akan menjadi masalah? Dia adalah pamanmu sendiri, dan sebenarnya kau tidak bisa bersatu dengannya, aku sudah berkali-kali mengatakan itu padamu." Viola menjadi khawatir sendiri, apalagi jika mereka nantinya memang bersama, itu sangat bertentangan dengan hukum yang ada karena mereka memiliki ikatan satu darah. Catherine yang tadinya tersenyum lebar akhirnya menghela nafas panjangnya. "Kenapa kau mengingatkanku, padahal aku tadi sudah melupakannya." Omelnya yang menjadi kesal sendiri. "Aku menyayangimu, meskipun aku senang kau akhirnya melabuhkan hatimu dengan seseorang setelah sekian lama, tapi melabuhkan hatimu dengan pamanmu sendiri, mungkin akan menjadi masalah ke depannya, apalagi jika suatu saat nanti pamanmu juga akhirnya tergoda dengan mu dan menjadi memiliki perasaan denganmu. Aku banya tidak ingin kau mendapatkan masalah, dan mungkin dengan kau mencintai pamanmu, kau akan mendapatkan masalah besar nantinya." "Tidak masalah karena aku sudah menanggung resikonya, aku tau keluargaku akan marah, tapi jika paman Max bersamaku dan melewatinya, mereka pasti akan mengerti." Perkataan Catherine tidak di tanggapi oleh Viola lagi karena dia bahkan sebenarnya sudah berkali-kali menasehatinya, Bahkan jika Max membalas cinta Catherine sekalipun, dia yakin jika orang tua Catherine tidak akan pernah menyetujui hubungan mereka karena memang mereka memiliki ikatan darah. Mereka cukup lama bersenang-senang bahkan sampai larut malam, Catherine baru pulang saat waktu menunjukkan pukul 1 dini hari. Sesampainya di mansion, dia sangat lega karena mansionnya sangat sepi, dia berjalan pelan ingin menuju kamarnya agar tidak ada yang mendengarnya. "Catherine!" Panggilan suara dari ruang tengah membuat Catherine terkejut namun dia langsung menyengir karena ternyata iru adalah pamannya. "Kau pulang larut malam, apa seperti ini kau setiap hari jika di luaran sana?" Tanya Max yang menegur keponakannya karena pulang bahkan dini hari. "Aku sudah lama tidak keluar malam, Paman. Aku tadi agak lupa waktu, maaf ya. Jangan katakan ini dengan Mommy dan Daddy ya." Ucap Catherine membujuk pamannya dan bahkan tangannya bergelayut di tangan Max. "Kau bahkan minum?" Max bisa mencium bau alkohol bahkan di tubuh Catherine. "Aku minum tidak sampai mabuk, Paman. Lagi pula kadar alkoholnya sedikit." Catherine cemberut karena pamannya seperti akan mengomelinya. "Aku tidak akan mengizinkanmu tinggal bersamaku jika saat di sana kau selalu keluar malam dan mabuk-mabukan seperti ini." "Jelas saja aku tidak akan melakukannya, saat tinggal bersamamu, akan lebih baik waktuku selalu di mansion denganmu." Catnerine tersenyum lebar yang membuat Max menggelengkan kepalanya pelan. "Jangan membujukku, karena aku tidak akan berpihak kepdamu jika kau melakukan kesalahan, Catherine!" Dia sangat tau jika keponakannya ini sedang membujuknya dan memggodanya agar dia tidak berubah pikiran untuk membawanya bersamanya. "Aku tidak sedang membujukmu." Ucal Catjerine cemberut. Max menghela nafas panjangnya "Pergilah ke kamarmu. Istirahat. Bukankah besok kau harus mengirus perpindahanmu?" Ucao Max yang akhirnya di angguki oleh Catherine. "Paman belum berjanji kepadaku, jangan katakan ini dengan Mommy dan Daddy." Ucap Catherine memohon lagi. "Ck, iya!" Max akhirnya menyetujuinya yang membuat Catherine terkekeh dan langsung memeluk tubuh kekar pamannya. "Terima kasih, Paman! I love you so much." Ucap Catherine yang mencium lebih lama kedua pipi Max. Max terkekeh namun meringis ketika yang tadinya Catherine mencium pipinya, tapi malah berganti menggigit pipinya. "Maaf, Paman!" Catherine lamgsung kabur ke atas sebelum pamannya mengomelinya. "Dasar anak nakal." Ucap Max menggelengkan kepalanya pelan dengan tingkah Catherine padanya. Dia tidak menganggap ciuman dan perkataan cinta Catherine dengan serius karena dia memang memganggapnya sebagai bentuk kasih sayangnya kepadanya sebagai pamannya. Sedangkan Catherine menggigit bibir bawahnya, dia snagat senang karena mendpaatkan kesempatan lagi menciumi pipi Max dan bahkan dengan gemas menggigitnya. Dia tadi juga dengan berani menyatakan cintanya yang sebenarnya memang ungkapan itu dari lubuk hatinya. ***** Keesoakkan paginya, Catherine sangat sibuk dengan ayahnya karena dia harus mengurus kepindahannya, apalagi Catherine juga harus bersiap karena Max akan kembali tiga hari lagi. "Jadi sahabatmu juga pindah ke sana? Lalu dia akan tinggal di mana?" Tanya Evan saat mereka sudah keluar dari area kampus. "Dia sudah dibelikan apartemen sendiri, aku sudah katakan kepadanya jika membeli apartemen dekat kawasan mansion Paman Max, agar kalau aku bermain dengannya tidak terlalu jauh." Ucap Catherine yang dimengerti oleh Evan. "Jangan nakal jika di sana, Sayang! Jangan merepotkan pamanmu. Ingat jika kau berada jauh dari kami." Ucap Evan menasehati putrinya yang di angguki oleh Catherine. "Aku mengerti semuanya, Dad. Aku berjanji tidak akan membuat Paman Max kerepotan. Aku akan menjadi anak baik dan penurut." Evan tersenyum dan sangat percaya dengan putrinya, hanya saja dia memang sedikit was-was karena ini pertama kalinya dia dan istrinya akan jauh dan lama berpisah dengan Catherine nantinya. Setelah sampai di mansion, ternyata Thresa sedang membuat kue. "Di mana paman Max, Mom?" Tanya Catherine karena dia tidak melihatnya di bawah. "Ada di kamarnya, tadi dia mengatakan ingin meting dadakan lewat online, entah sudah selesai atau belum." Ucap Thresa yang di mengerti oleh Catherine. "Jangan menganggu pamanmu, Sayang." Sebelum Catherine ke atas, Evan menegur putrinya namun Catherine malah terkekeh. "Aku hanya ingin ke kamar, Dad! Aku tidak akan menganggunya." Ucap Catherine lalu pergi dengan cepat ke atas. Dia memang tidak berniat ingin menganggu pamannya dan membiarkannya saja. Dia menahan dirinya untuk tidak menganggu pamannya dan akan menganggunya saat sudah tinggal bersama nantinya. Sedangkan di bawah, Thresa mengomel karena suaminya malah menganggunya dan bahkan meminta para pelayan untuk meninggalkan mereka. "Jangan macam-macam, Sayang. Akan tidak lucu jika di lihat oleh anakmu atau adikmu." Ucap Thresa karena suaminya memeluk tubuhnya dari belakang dan menciumi pipinya. Evan sendiri terkekeh dan akhirnya melepaskannya, "Aku hanya rindu masa muda kita dulu," "Sekarang kita tidak muda lagi, uang masih muda adalah Max. Akan lebih baik jika kau mencarikan jodoh untuknya," ucap Thresa yang membuat Evan tersenyum. "Meskipun kita bukan saudara kandung, aku dan Max memiliki banyak kesamaan dalam hal wanita, Sayang." Ucap Evan. "Sama seperti saat aku menemukanmu, dan itu adalah waktu yang cukup lama dan matang, aku sangat seleksi dalam hal wanita, begitupun dengan Max, aku bahkan penasaran wanita mana yang nantinya bisa meluluhkan hatinya." Lanjutnya. "Kau benar, kalian tidak sedarah, tapi sifat kalian benar-benar sama, bahkan dinginnya kalian terhadap wanita pun sama." Thresa membenarkan perkataan suaminya karena memang Max sangat susah jatuh cinta kepada wanita. Sedangkan di sudut tembok, Catherine sangat shock dengan pembicaraan orang tuanya, dia baru mengetahui jika ternyata Max bukanlah adik kandung ayahnya, yang itu arttinya dia tidak memiliki hubunagn dengannya. "Kau mengabulkan doaku, Tuhan. Itu artinya aku bisa memiliki kesempatan untuk bersama Max. Dia bukan pamanku." Catherine terlalu bahagia mendengar kenyataan ini sampai dia bahkan menangis diam di sana.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN