5. Cari perkara

1224 Kata
Seorang bocah laki-laki yang bertubuh sedikit gemuk itu berlarian menghampiri Freya. " Loh, Ndut? Kok bisa ada di sini?" Tanya Freya heran. Ya. Bocah kecil yang sering dipanggil dengan sebutan gendut itu adalah keponakan Freya yang baru berumur lima tahun. Dan "Faya" adalah panggilan kesayangan dari bocah itu, yang enggan memanggil Freya dengan sebutan Tante ataupun Aunty. "Dianterin Papa." Jawab bocah itu. "Terus Papamu mana?" Tanya Freya lagi. "Pulang. Cuma nganterin Razka doang." Jawabnya, membuat Freya melongo. "Astaga, Alvin! Bisa-bisanya lo ya! Hujan-hujan begini, anaknya malah dibuang ke sini." Umpat Freya kesal. Wanita itu terus menggerutu, meskipun tidak ada abangnya di sana. "Yaudah sih, biarin aja. Mungkin Mama Papanya lagi sibuk." Sahut Bara. "Iya. Mau buat Adek katanya." Ucap Razka dengan polosnya, membuat Freya dan Bara langsung membelalakkan matanya kaget. Abangnya itu benar-benar kurang ajar. Anak seumuran Razka seharusnya tidak boleh tahu mengenai apapun yang berkaitan dengan pembuatan anak. Tunggu saja, setelah ini Freya akan menghajar Alvin jika mereka bertemu. Enak saja, ponakannya yang lucu dan polos ini harus ternodai kata-kata kotor dari Papanya sendiri. Freya tidak akan membiarkan itu! "Nenek mana sih!" Ucap Razka, membuat Freya dan Bara tersadar dari lamunannya. "Nggak ada. Mau ngapain emang? Di luar lagi hujan, nggak ada yang jual jajan." Sahut Freya sedikit ketus. Ia sudah hafal dengan tabiat Razka yang selalu mencari Neneknya ketika butuh uang jajan saja. "Yah. Padahal Razka laper." Bocah itu mengerucutkan bibirnya kesal. Kemudian mengambil sendok yang ada di meja, lalu ia ketuk-ketukkan dengan keras. Freya yang geram, lantas merebut sendok itu. Lalu mendelik tajam ke arah Razka, membuat Razka semakin mengerucutkan bibirnya kesal. "Laper itu makan nasi, bukan makan jajan." Sahut Bara. "Nanti Razka tambah gendut, Om! Razka pengen diet, biar ganteng kayak Om Bara." Ujar Razka. "Dih. Gaya amat lo cil! Biasanya juga makan sehari lima kali." Sahut Freya. "Udah ah. Ayo, kasih Razka uang sepuluh ribu. Sebelum Razka ngamuk kayak singa." Ucap Razka sok tegas. Seraya menyodorkan tangannya, meminta uang pada Freya dan Bara. "Apaan sih. Orang lagi hujan juga! Ambil jajan di kulkas sana! Kalau masih kurang, tuh nasi di magic com masih banyak." Cerocos Freya, membuat Razka kembali mengerucutkan bibirnya kesal. Selesai makan, Freya langsung kembali ke kamarnya. Membiarkan Razka dan Bara bermain bersama. *** Malam ini, Freya dan Bara sudah kembali ke Apartemen mereka. Namun belum ada setengah jam, Bara sudah keluar lagi bersama kekasihnya. Hal itu tentu saja membuat Freya kesal bukan main. Disaat ia sedang menikmati waktu bersama suaminya, selalu ada Elisa yang mengganggu kebersamaan mereka. Yah, walaupun mereka menghabiskan waktu bersama tidak seperti pasangan suami istri pada umumnya, namun Freya sangat menikmati momen-momen itu. Momen saat ia mendapat perlakuan manis dari Bara, ataupun saat ia bertengkar kecil dengan Bara. Freya akui, sikap Bara saat ini sangat jauh berbeda dengan sikapnya saat pertama kali menikah. Bara yang dulunya kaku dan jutek, kini mulai berubah menjadi pribadi yang hangat dan sedikit menyenangkan. Karena bosan berada di Apartemen sendirian, Freya berinisiatif untuk mengajak Mika dan Teresa pergi ke Club malam di kawasan South Jakarta City. Masa bodoh jika Bara mengetahuinya, ia sudah merindukan cocktail dan indahnya alunan musik Dj. "Frey, lo serius ngajak kita kesini?" Tanya Teresa, sebelum mereka memasuki club malam tersebut. "Iya, kenapa emang?" Balas Freya santai. "Nggak takut ketahuan suami lo?" Tanya Teresa lagi. Gadis itu sedikit bimbang, ia takut kejadian beberapa bulan yang lalu terulang lagi. Di mana Ayah Freya memergoki mereka bertiga dan memarahi mereka habis-habisan. "Nggak lah, tenang aja. Dia lagi sibuk pacaran sama Elisa." Jawab Freya. "Kalau keciduk Bapak lo lagi, gimana?" Sahut Mika. "Ayah gue lagi ada acara di rumah tetangga. Tenang aja!" Ucap Freya. Pada akhirnya mereka berdua menuruti keinginan Freya. Meskipun ada sedikit rasa takut dalam hati mereka. Takut kalau tiba-tiba Bara atau Ayah Freya datang memergoki mereka. Mika dan Teresa sangat tahu diri. Semenjak Freya menikah, mereka tidak lagi mengajak Freya pergi ke club malam. Karena menurut mereka, ini adalah hal yang tidak pantas bagi perempuan yang sudah bersuami. Namun malam ini, gadis itu sendiri yang memaksa mereka berdua untuk datang ke tempat ini lagi. Mereka bertiga memilih tempat duduk yang sedikit jauh dari kerumunan. Semua orang sedang berkumpul di depan Dj. Menyanyi, meneguk alkohol, berdansa dan berjoget bersama. Sedangkan ketiga gadis tersebut memilih untuk duduk di kursi, menikmati cocktail yang telah dihidangkan pada mereka, sambil menyaksikan puluhan orang yang sedang menikmati suasana club malam ini. "Lo ada masalah, Frey?" Tanya Teresa yang mulai membuka pembicaraan. Freya menghembuskan nafasnya kasar. Kemudian ia mendongakkan kepalanya ke atas, menatap lampu warna warni di ruangan ini. "Enggak sih. Cuma, gue lagi bingung aja sama jalan hidup gue." Jawabnya. "Lo sendiri yang milih jalan ini Frey. Coba dari awal lo nolak, hidup lo nggak bakal seribet ini." Ucap Teresa yang sangat mengerti arah pembicaraan Freya. Apalagi kalau bukan soal rumah tangga. "Gila harta sih." Celetuk Mika, membuat Freya melotot tak trima. "Lo tau kan, gimana perjuangan gue waktu morotin Kakek sama Nenek? Yakali, gue ngelepas aset gue begitu aja." Kesal Freya. "Mengorbankan kebahagiaan demi harta benda yang belum tentu abadi." Ujar Mika lagi, membuat Freya semakin kesal. Gadis itu sangat tidak suka, jika Mika berlagak sok puitis. "Yaudah sih. Mau gimana lagi coba? Orang udah terlanjur sah. Lo juga udah mulai suka kan sama si Bara?" Tanya Teresa. "Nggak tau. Pusing gue." Jawab Freya, seraya memijat keningnya. Tak lama kemudian, datanglah seorang laki-laki bertubuh jangkung yang tiba-tiba duduk di samping Freya. "Halo cantik." Sapa lelaki itu. Freya hanya meliriknya sekilas. Melihatnya saja Freya sudah tidak minat, lelaki seperti ini biasanya tipe orang yang suka menggoda wanita. "Mau minum whiskey?" Tawarnya, namun tidak dipedulikan oleh Freya. "Jangan diganggu Bang! Orangnya lagi sensi." Sahut Mika. "Oh, gitu ya? Mau aku hibur nggak? Biar gak badmood lagi." Ucap lelaki itu, yang masih berusaha untuk menarik perhatian Freya. "Mending lo cari cewe lain deh Bang. Dia lagi nggak bisa diganggu." Ucap Teresa, berusaha menyelamatkan Freya yang terlihat tidak nyaman. "Santai aja. Gue kesini cuma mau nawarin whiskey doang kok." Ucap lelaki itu. "Sini, buat gue aja." Sahut Mika, seraya merebut wiskey dari tangan lelaki itu. Namun lelaki itu langsung merebutnya kembali. "Eiitss. Barengan dong minumnya." Ucap lelaki itu, seraya menaik turunkan alisnya dan tersenyum menggoda. "Ck. Ribet amat." Kesal Mika. Freya yang sedari tadi hanya diam, tiba-tiba merebut whiskey tersebut dari tangan lelaki itu. Kemudian tanpa sepatah kata apapun, gadis itu langsung menuangkan whiskey tersebut ke dalam gelas kecil, lalu meneguknya dengan cepat. Hal itu tentu saja membuat Mika dan Teresa melongo kaget. Tak terkecuali lelaki tersebut yang memandang Freya dengan tatapan kagum sambil menggelengkan kepalanya pelan. "Freya! Lo gila? Itu whiskey, Frey!" Pekik Teresa. Freya tak menggubris Teresa. Gadis itu semakin menjadi-jadi saat berhasil meneguk satu gelas kecil minuman tersebut. "Tuangin lagi!" Ujar Freya, seraya menyodorkan gelas yang ia pegang ke arah lelaki tersebut tanpa melihat wajahnya. Lelaki tersebut semakin menyunggingkan senyumnya. Merasa menang karena berhasil meluluhkan Freya. "FREYA UDAH! GUE TABOK LO YA!" Bentak Teresa, seraya merebut whiskey dari lelaki tersebut. Namun sayang, whiskey tersebut sudah tertuang di gelas kecil Freya. "Habisin ya cantik." Ucap lelaki itu dengan genit, saat Freya kembali meneguk minumannya. Melihat itu, Teresa benar-benar murka. Ia benci Freya yang tidak bisa dikendalikan seperti ini. Lihat saja, setelah ini ia akan menyeret gadis itu keluar dari club ini. "Ayo pulang!" Tidak. Itu bukan suara Teresa. Melainkan suara orang yang berdiri di samping Freya dengan wajah yang begitu menyeramkan.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN