34. Karma instan

1212 Kata

“Aku bilang juga apa? Pulang Bar, pulang. Jangan nongkrong tengah malam. Kayak gini kan jadinya kalau nggak nurut sama istri,” omel Freya, sembari membersihkan darah di sudut bibir Bara dengan berlinang air mata. Bagaimana ia tidak menangis? Suaminya pulang dengan keadaan yang begitu mengenaskan dengan dipapah oleh Rifki. Wajahnya memar, sudut bibirnya mengeluarkan darah, dan tubuhnya terlihat sangat tidak berdaya. Jika ini bukan tengah malam, mungkin Freya sudah berteriak histeris. “Maaf,” lirih Bara dengan mata yang terpejam. “Coba sini tiduran di paha. Mau aku kompres lukanya,” ujar Freya. Bara menurut. Lelaki itu langsung meletakkan kepalanya di paha Freya, membiarkan sang istri mengobati luka- luka memarnya. Sedangkan Mika dan Rifki hanya terdiam menyaksikan mereka berdua. “B

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN