Papi Kina hanya menggeleng pasrah melihat anak gadisnya ini dan tatapannya kembali tertuju ke arah Geri.
"Om mengizinkan kamu mendekati Kina. Semoga kamu bisa membuat Kina membalas perasaan kamu, Nak Geri. Dan Om menantikan hari itu."
"Beres, Om.. Kalau gitu, saya permisi dulu ya, Om. Dan terima kasih sekali lagi, Om. Dah.. Alex Sayang.."
Geri mengacak-acak rambut Kina gemas yang langsung di tepis si pemilik kasar.
"Gak sopan Lo!"
"Kalau gak sopan itu sama yang lebih tua, kan lo lebih muda dari gw."
"Pergi sana ke Saturnus!!"
"Nanti lo kangen sama gw??"
"Bodo amat!!! Hust.. Pergi sana Lo!"
"Gw bukan kucing Lex, masa ngusirnya pake hust-hust'an segala."
"Lo bukan kucing, tapi lo tuh curut!"
"Hadeh..muka datar...untung aja belahan jiwaku," bisik Geri yang masih bisa di dengar Kina.
"Apa lo bilang!!!!!"
"Gak ngomong apa-apa kok, Sayang.."
Jawaban Geri Sontak membuat Kina tertegun beberapa detik, namun detik selanjutnya Kina menampilkan wajah lebih garang lagi.
"Sayang - Sayang!! Lo lagi bahas lagunya Via Vallen, hah!!"
"Om, anaknya pinter ngelucu deh.. Jadi makin suka.." adu Geri pada Papi Kina yang membuat Papi Kina menyemburkan tawanya melihat pertunjukan Geri dan Kina.
"GERIAN KAMPRET!!!!" jerit Kina yang siap melayangkan tinjunya kembali namun tangan Kina segera ditahan Geri.
"Tadi lo bilang gw curut, sekarang berubah jadi kampret. Sebenarnya aku itu apa di mata kamu, Yang?" tanya Geri jenaka sambil masih menahan tinju Kina. Papi Kina semakin tertawa geli.
"Lepasin tangan Gw!!" desis Kina tajam sambil memberontak yang membuat Geri langsung melepas tinju Kina dari tangan besarnya.
"Hehehe.. Maaf, Neng..abis tangan Neng Alex halus banget... Jadi lupa.. " cengir Geri sambil mengusap tengkuknya gugup.
"Pergi lo sekarang!!" perintah Kina tega sambil menghempas kasar tubuhnya ke sandaran jok belakang.
"Oke..Oke.." ucap Geri akhirnya karena takut wanita-nya ini mengamuk kembali. Wanita-nya? Bolehkah Geri berharap hal itu akan benar-benar terwujud suatu hari nanti?
"Sampai jumpa di kampus ya, Lex. Permisi Om. Assalamualaikum."
"Waalaikum Salam." balas Kina dan Papinya namun dengan nada yang berbeda. Kina dengan nada sarkastis, sementara papinya dengan nada lembut.
Geri membuka pintu mobil dan sebelum benar-benar keluar, Geri kembali menatap Kina sambil tersenyum senang. Lalu detik selanjutnya, Geri benar-benar keluar dan pamit pada dua orang di dalam mobil itu.
Papi Kina lalu melajukan mobilnya setelah melambai pada Geri.
"Sayang, duduk di depan dong. Masa kamu tega biarin Papi duduk sendiri. Udah kayak supir aja."
"Kina masih marah sama Papi. Jangan ajak Kina ngomong dulu untuk sementara waktu! " Setelah menjawab Papinya, Kina memejamkan mata untuk meredakan kemarahannya. Entah harus merasa marah atau senang mendengar Geri bersikeras mendapatkannya. Yang Kina tahu setelah hari ini, Kina harus menyiapkan hati menghadapi Gerian Putra, kakak senior termenyebalkan sedunia yang sudah berhasil membuat jantungnya kembali berdebar melebihi yang dulu.
"Kamu tahu? Papi rasa Geri adalah orang yang tepat untuk kamu. Terlihat dari caranya memandangmu, dan cara dia meminta izin. Dia terlihat Gentle sekali. Papi hanya ingin yang terbaik untuk kamu, Sayang. Sudah saatnya kamu membuka hati. Papi tidak tahu apa yang sudah terjadi pada anak manja kesayangan Papi lima tahun yang lalu. Tapi yang Papi ingin, hanya kebahagiaan seorang Kina." Papi Kina memandangi anaknya dari balik kaca spion tengah. Terlihat wajah Kina sempat menegang walaupun sebentar. Namun matanya tetap tertutup tanpa menghiraukan ucapan Papi-nya.
"Oia, Sayang. Ngomong-ngomong, Nak Geri panggil kamu Alex?? Wah, belum dekat saja, sudah punya nama kesayangan ya?? Hahaha.." Papi Kina tertawa riang karena berhasil membuat mata putri-nya terbuka dan menatapnya dengan sebal dari balik kaca spion tengah.
Sepanjang perjalanan Kina pura-pura tertidur dan Papinya berkonsentrasi mengendara. Sesampainya dirumah, Kina menyalami tangan Maminya yang sudah menunggu di teras rumah. Dengan wajah tertekuk, Kina langsung melesat ke dalam rumah terburu-buru.
"Si cantik kenapa, Pih? "
"Mungkin lagi PMS, Mam. Oia, Papi gak telat kan pulangnya?"
"Papih ih.."
Mami Kina mencubit perut suaminya manja ketika sang suami menggodanya.
***********
*Kina POV*
Sudah satu minggu Aku tidak menemukan keberadaan si biang kerok Geri. Bukan maksudku menghitung hari ya, tolong jangan salah paham. Hanya saja, Aku semakin yakin kalau semua pria itu sama saja, yah..kecuali Papi-ku. Aku tidak suka janji manis mulut pria. Niat mendekati, tapi malah menghilang tanpa jejak. Apa mungkin dia benar-benar ke planet Saturnus?? Dasar Bodoh!!
Sudahlah, untuk apa aku memikirkan permintaannya pada Papi satu minggu yang lalu. Permintaan yang membuatku sulit untuk memejamkan mata malam harinya, padahal badanku sudah sangat lelah karena aktifitas di kampus. Namun, karena kata-kata manis Geri pada Papi, membuatku selalu memikirkannya. Sialan kamu, Geri!!! Enyahlah dari fikiranku saat ini juga!! Lebih baik aku menyibukkan diri untuk menghalau wajah si sialan itu yang selalu muncul di mata dan pikiranku.
Aku beranjak dari perpustakaan menuju lapangan basket. Biasanya di jam-jam segini banyak dari fakultas lain berkumpul dan bertanding hanya untuk membuang waktu kosong mereka menunggu kelas berikutnya. Daripada aku harus memikirkan si Chocolatos itu, lebih baik aku ke sana saja. Stop Kina!!! Berhenti memikirkannya!!!
Aku kembali berjalan menyusuri taman kampus.
"Apaan tuh rame-rame??"
"Gak tau. Liat yuk!!"
"Cuz!!"
Aku mendengar beberapa anak kampus yang melewatiku memperhatikan sekelompok orang di taman kampus seperti mengelilingi sesuatu. Aku pun merasa penasaran, perlahan aku mendekati kerumunan orang-orang itu
"Gimana, Kak? Terima ya? A-aku udah lama naksir Kakak,tapi takut ditolak. Tapi kali ini, aku gak mau mundur lagi, Kak."
Sayup-sayup terdengar suara seorang wanita yang sepertinya berada di tengah-tengah kerumunan itu. Gila!! Itu wanita nembak pria duluan kah??
"Hera, kamu yakin??"
Deg..
Suara itu?? Apa mungkin?
Aku kembali mendekati kerumunan orang-orang ini dan menyela diantara mereka.
Deg.. Deg.. Deg..
Ternyata benar dia.
Si b******k yang selama seminggu ini menghilang sedang berdiri di tengah taman kampus, dan dikerumuni banyak orang. Dan jangan lupakan wanita manis di depannya yang sedang menyatakan cinta padanya. Pantas saja dia tidak pernah menunjukkan batang hidungnya, ternyata dia sedang dekat dengan wanita lain? Dasar b******k!!
"Hera, Kakak.. Eh.. Alex?"
Deg..
Pandangan kami bertemu, cepat-cepat aku memasang wajah datarku seperti biasa menghadapinya. Jangan sampai dia tahu, kalau aku sangat terkejut dan terluka karena pemandangan ini. Wait, terluka???
Tidak.. Tidak.. Tidak.. Aku tidak akan terluka lagi. Aku harap begitu.
Dengan wajah datar, aku membalikkan badan dan keluar dari kerumunan orang-orang ini yang membuatku sesak. Entahlah sesak karena mereka atau karena Geri. Aku sudah tidak ingin melihat kelanjutan adegan sialan itu lagi. Aku pun kembali melanjutkan langkahku menuju lapangan basket untuk menghilangkan pikiran kacau yang tiba-tiba muncul.
*Kina POV End*