Maya tersenyum ramah kepada suaminya yang sedang duduk di sofa sambil memangku anak ke tiga mereka yang masih berusia tujuh bulan. Dari raut wajahnya, Noval terlihat tidak bersemangat dan cenderung murung. “Apa tanggapan mereka?” Noval masih menatap Maya dengan banyak kekhawatiran. “Mereka siapa? Apa aku harus jelasin satu-persatu? Aku kan menghubungi semua keluargamu?” Maya masih menyikapi sang suami dengan sesantai mungkin. Ia membawa piring berisi potongan buah yang sempat ia diamkan di nakas keberadaan telepon rumah yang berseberangan dengan keberadaan televisi. Maya beranjak mendekati dan duduk tepat di sebelah Noval. Ia menyuapkan satu potong buah apel menggunakan garpu kepada pria itu, tak lama setelah ia duduk. Dan seperti sebelumnya, Noval menerimanya di tengah keadaan pria itu