Tuh, kan, hening. Di mobil, perjalanan menuju kampus. Berduaan dengan Galaksi dan sejak kendaraan ini meninggalkan pekarangan rumah Bumantara, tak ada obrolan sama sekali. Kan, Ancala jadi makin gugup. Jantungnya heboh dag, dig, dug. Duh! "Pulang jam berapa nanti?" Ancala terkesiap. Dia menoleh, menatap Galaksi yang tetap fokus pada kemudi. "Nggak tau. Gimana selesainya aja paling." "Mas ada meeting," katanya. "Oh ...." Ancala manggut-manggut. "Ya udah. Nggak usah dijemput, nggak pa-pa. Aku bisa pesen ojol." "Kabarin, ya, nanti." "Oke." Sudah, itu saja. Ancala kembali menatap lurus jalanan di depannya. Ini masih pagi, tetapi ibu kota sudah padat pengemudi. Memang, ya, tinggal di kota sibuk, tuh, ya, begini. "Sebenernya aku bisa bawa motor, Mas." Info saja ini, sih. Gabut juga,