“Loh, ini kan ....”
Mata Ellena terbelalak lebar saat dia melihat orang yang ada di video itu. Dia mencoba mengenali orang tersebut, berharap apa yang dia lihat dan orang yang dia temui tadi adalah orang yang berbeda.
Kaki Ellena terasa lemas. Dia berpegangan kembali pada besi pegangan, mencoba menyeimbangkan tubuhnya sendiri agar tidak ambruk.
“Gak mungkin. Gak mungkin. Aku gak mungkin tadi ketemu sama pemilik perusahaan ini. Gak mungkin. Itu tadi pasti bukan Pak Erik,” gumam Ellena yang menyadari kalau pria paruh baya yang dia temui di restoran hotel tadi adalah Erik, papa Sean.
Ellena mengacak rambutnya. Dia ingat bagaimana tadi dia sangat tidak menguasai materi karena memang dia tidak siap dengan presentasi dadakannya. Meski sudah dibantu dengan data dan laporan dari iPad Sean, tap
