“Ethan ...,” rintihnya, kali ini bukan lagi protes tapi lebih seperti permintaan. Dan dalam sekejap, pagi yang seharusnya menjadi titik balik penyesalan kembali berubah menjadi pusaran nafsu yang tak terbendung. Ethan bergerak perlahan, menutup matanya lebih rapat, lalu menarik Lily lebih dekat. Napasnya hangat di lehernya, dan suara serak keluar dari bibirnya. “Kamu … terlalu manis,” bisiknya, suaranya masih berat oleh kantuk dan hasrat. Lily terdiam. Ia ingin menjawab, ingin mengatakan bahwa ia juga menginginkannya, tapi lidahnya terasa beku. Tubuhnya sendiri bereaksi, mengingat setiap sentuhan malam sebelumnya, setiap ciuman yang membuatnya lelah namun b*******h. Ethan menunduk, bibirnya menempel di leher Lily. Sentuhan itu lembut, namun ada tekanan yang cukup untuk membuat gadis i