Saat ini, di dalam ruang keluarga Pak Rasya, telah tampak seorang lelaki tengah duduk dengan hati dan perasaan yang berkecamuk, lantaran hari ini —waktu di mana seharusnya dua hari yang lalu— pujaan hatinya memberi jawaban atas lamaran yang ia ajukan.
Titan, lelaki itu. Duduk dalam posisi serba salah karena khawatir lamarannya tidak diterima oleh Hasna, putri kedua Pak Rasya.
"Nak Titan, sebentar yah! Hasna-nya akan segera turun," ucap Pak Rasya tersenyum, demi melihat ketegangan yang tampak di wajah lelaki muda di depannya.
Memori-nya ketika ia muda dulu, hadir saat melihat sosok Titan persis seperti dirinya ketika hendak melamar Ibu Ika, yang saat ini telah sah menjadi istri dan ibu ketiga anaknya.
Pak Rasya, yang sebelumnya tidak mengenal sama sekali siapa calon istrinya, yang d
