Ziarah

1258 Kata

Cinta terduduk, di tengah dua gundukan tanah dengan hamparan rumput hijau di atasnya. Dua buah batu nisan di masing-masing gundukan, menandakan nama orang yang terbaring jasadnya di dalam bawah tanah. Entah jasad masih utuh atau hanya tinggal tulang belulang, tetapi yang pasti nama keduanya masih terpatri dengan sangat indah, di hati seorang wanita muda yang saat ini tampak menangis, dengan tangan yang sesekali mengusap salah satu nisan. Seorang lelaki yang masih setia mendampinginya, memeluk tubuh bergetarnya dari belakang. Athala —sang suami— hanya bisa mengusap punggung istrinya tanpa mengucap kata, membiarkan rasa rindu itu tersalurkan meski lelaki itu tak suka dengan tangisan yang keluar dari kedua mata wanita yang amat dicintainya. "Maafkan aku yang baru bisa ke sini lagi, Bunda.

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN