Chapter 6

1187 Kata
Setelah melalui hari yang sangat melelahkan, disinilah Zahra sekarang melangkah memasuki rumahnya. "Assalamualaikum.. Zahra pulang" Ucap Zahra saat memasuki rumahnya. "Waalaikumussalam.." Jawab bundanya yang saat ini sedang berada didapur, Fatimah melangkah menghampiri anaknya. Zahra mencium punggung tangan Bundanya. "anak bunda sudah pulang, ganti baju dulu terus sholat, nanti kamu kesini lagi, Bunda mau memberi tau sesuatu." -Lanjut Bunda Fatimah. "Apa Bun ?" Tanya Zahra penasaran. "Sudah nanti saja, sekarang ganti baju sholat dulu" Jawab bunda Fatimah. "Yaudah Zahra siap-siap dulu bun" Ucap Zahra dan beranjak pergi meninggalkan bunda nya. Setelah semuanya selesai. Zahra menghampiri bundanya yang saat ini berada di ruang tv. "Bun.." panggil Zahra pada bundanya. Bunda Fatimah menengok. "Sudah selesai sayang ?" Tanya bunda Fatimah. "Udah Bun... Tadi bunda bilang mau ngmong sesuatu. Mau ngomongin apa Bun ?" Tanya Zahra. "Jadi gini.. Nanti malam kita akan kedatangan tamu. Tamu itu adalah sahabatnya Ayah kamu yang Anaknya mau Dijodohin sama kamu. Mereka akan datang kesini untuk membicarakan pernikahan kamu" Jawab bunda Fatimah. Zahra hanya diam saja, dia tidak tau harus menjawab apa. "Raa..." Panggil bundanya saat melihat anaknya hanya diam saja. "Eh Iyah Bun" Jawab Zahra. "Kamu nggak papa ?" Tanya bunda Fatimah. "Iyah Bun, Zahra nggak papa" Jawab Zahra. "Yaudah. Sekarang kamu istirahat nanti malam siap-siap." Ucap bunda Fatimah. "Iyah Bun, Zahra kekamar dulu". Jawab Zahra lalu melangkah pergi meninggalkan bundanya. *** Siang sudah berganti malam. Keluarga Zahra saat ini sedang sibuk mempersiapkan kedatangan tamu mereka. Yang sebentar lagi akan sampai kerumahnya. Dilain tempat, dikamar tidur. Zahra sedang duduk di depan cermin meja rias nya. Sudah siap untuk menemui keluarga dari calon suaminya tersebut. Calon suami ? Bahkan membicarakannya saja Jantung Zahra sudah berdegup kencang. Tok tok tok Bunyi pintu diketuk dan tidak lama seorang wanita paruh baya masuk menghampiri putrinya. Yaa itu bunda Fatimah. "Cantik sekali anak Bunda ini. Zahra sudah siap ? Mereka sudah datang nak" Ucap bunda Fatimah sambil menanyakan apa putrinya sudah siap atau belum. "Sudah bunda" Jawab Zahra pelan. "Hayoo kita keluar" Ajak bunda Fatimah. Zahra dan bunda Fatimah berjalan menuju ruang tamu yang sepertinya sudah ada banyak orang yang berkumpul. Tapi setelah sudah sampai ruang tamu Zahra dikejutkan dengan salah seorang dari mereka yang Zahra kenali. "Pak Afnan" "kok bapak ada disini" Tanya Zahra dengan Wajah terkejutnya. Pria yang merasa namanya dipanggil pun menoleh ke Asal suara. Dia kaget dengan wanita yang ada didepannya ini. Tapi dia hanya diam saja dengan muka Datarnya. Tidak berniat untuk menjawab. "Kalian kenal ??" Itu suara Alisha yang bertanya. Ibu dari Afnan. Zahra menengok dan menjawab perempuan paruh baya tersebut. "Zahra kenal Tante, pak Afnan Dosen di kampus tempat Zahra kuliah" "Universitas Qazzi ?" Tanya Alisha. "Iyah Tante" Jawab Zahra. "Waah bagus dong kalau kalian sudah saling mengenal. Jadi kita tidak perlu mengenalkan lagi" Ucap Alisha. "Tapi kalian harus tau, karena kalian berdualah yang akan kami jodohkan" -Lanjut Alisha. Memberitahukan kepada Zahra dan Afnan. Tidak ada yang bersuara. Tapi eskpresi mukanya menggambarkan bahwa mereka berdua tengah terkejut atas apa yang diucapkan oleh wanita tersebut Setelah beberapa detik berlalu. Afnan angkat bicara. "Boleh kami bicara sebentar, hanya berdua saja. Kami butuh privasi untuk bicara" Tanya Afnan. "Iyah boleh" Ucap para orang tua. Afnan bangkit dari duduknya dan menjauh dari para orang tua tersebut. disusul dengan Zahra yang berjalan di belakangnya. Setelah sampai di ruang tv. Afnan berhenti, dan Zahra pun ikut berhenti. Hanya ada mereka berdua diruangan itu. Cukup lama mereka terdiam dengan pikiran mereka masing-masing. Sampai suara berat tiba-tiba angkat bicara. "Kenapa ?" Tanya Afnan yang berbicara terlebih dahulu. Dengan wajah datarnya. "Apa ??" Tanya Zahra yang tidak tau arah pembicaraan dari pria yang ada dihadapannya. "Kenapa kamu menerima perjodohan ini ??" Tanya Afnan sedatar mungkin. "Karena Zahra nggak bisa nolak, Zahra nggak bisa nolak permintaan kedua orang tua Zahra" Jawab Zahra sambil menunduk. "Tolak perjodohan ini" Ucap Afnan. "Zahra nggak bisa pak" Jawab Zahra dengan masih menunduk menatap lantai dibawah. "Kenapa ?? Apa kamu pikir kita bisa hidup bahagia nantinya?" Ucap Afnan. "Bagaimana pun kedepannya Zahra nggak tau. Tapi untuk saat ini Zahra nggak bisa nolak perjodohan ini" Ucap Zahra pelan. "Padahal saya sangat berharap kamu akan menolak perjodohan ini." Ucap Afnan. "Tapi sayangnya saya salah. Semua diluar ekspektasi saya." - lanjut Afnan dingin. "Oh Apa kamu pikir setelah kita menikah nanti, saya akan menerima kamu sebagai istri saya ?? Tidak akan. !!! Saya tidak akan pernah menerima kamu sebagai istri saya. Camkan itu baik-baik dikepala kamu.!!" Ucap Afnan dengan marah. Setelah mengatakan hal yang menyakitkan itu Afnan pergi meninggalkan Zahra yang masih terdiam ditempat. Tidak terasa air matanya menetes. Sakit. Itulah yang dirasakan hatinya saat ini. Zahra menghapus air matanya dan pergi menyusul Afnan di ruang tamu. Semua sudah berkumpul diruang tamu untuk membahas hari pernikahan Afnan dan Zahra. "Bagaimana jika pernikahan Minggu depan" Ucap kedua orang tua Zahra memberikan pendapat. "Saya tidak setuju, itu terlalu lama bagaimana kalau 2 hari lagi" Ucap kedua orang tua Afnan. Kedua orang tua Zahra mengangguk setuju. "Tapi bagaimana menurut kalian ? Apa kalian juga Setuju ?" Tanya dua kelurga tersebut kepada Afnan dan Zahra. "Terserah" Ucap Afnan singkat. Zahra hanya menganggukan kepala saja dia sudah pasrah. Saat mereka semua sedang sibuk membicarakan pernikahan. Tiba-tiba ada seorang lelaki masuk. Yaah, lelaki itu adalah Haikal. dia baru pulang dari rumah sakit. "Assalamualaikum" Ucap Haikal. "Waalaikumussalam" Ucap mereka serempak. Seketika Haikal kaget dengan seorang pria yang duduk diantara mereka. Pria itu pun sama Kagetnya melihat orang itu... Yaah, dua manusia yang saling menatap itu tidak lain dan tidak bukan Afnan dan Haikal. Tatapan dingin dan sulit untuk diartikan dari Afnan mampu menghunus kedalam jiwa Haikal. Haikal pun tau arti tatapan itu, Kebencian Bunda Fatimah memperkenalkan Haikal pada keluarga Qazzi. Betapa Marahnya Afnan saat tau Haikal adalah putra pertama dari Keluarga Hamzah. yang artinya dia adalah Kaka dari calon istrinya Zahra. Seketika Aura kemarahan menyelimuti tubuh Afnan. Tangannya mengepal keras menahan segala emosi yang siap untuk dilampiaskan. Dia harus pergi dari tempat ini, yaah dia harus pergi.. tiba-tiba Afnan angkat bicara. "Maaf, saya harus pergi. Ada urusan yang harus saya selesaikan" Ucap Afnan langsung beranjak pergi. "Afnan kamu mau kemana ini belom selesai ?" Tanya Alisha sambil berteriak. Tapi Afnan tidak menjawab dia terus melangkah ke luar dan hilang dibalik pintu. "Sudah sha nggak papa, mungkin urusan nya sangat penting" Ucap Fatimah sambil tersenyum. Tapi Haikal tau, Afnan pergi bukan karena ada urusan. Tapi dia menahan amarah pada dirinya. "Apa kau masih membenciku Nan" Ucap Haikal dalam hati. Ternyata sahabatnya itu masih belum bisa memaafkannya. *** Di lain tempat. Afnan saat ini sedang marah, sudah beberapa kali dia memukul setir mobil. Yaa, Afnan sedang berada didalam mobil dan mengemudikan Mobilnya dengan kecepatan penuh. Dia tidak perduli dengan pengendara lain, dia begitu marah, sangat marah. "b******k kauu Haikal, b******n" Umpat Afnan dengan penuh emosi. "Sialan kau" Lanjut Afnan. "Kauuuu.. akan kubunuh kau Haikaaall" teriakk Afnan dengan sangat emosi dengan posisi yang masih menyetir mobil. Tapi sedetik kemudian dia tertawa.. "HAHAHAHAHA..." Afnan tertawa tapi bukan tertawa bahagia melainkan tertawa penuh dendam. "Kauu Kaka dari Calon istriku bukan" Lanjut Afnan. "Baiklah, sepertinya takdir sedang memihakku sekarang" Afnan menyeringai ada makna dibalik kata-kata itu. Tapi apa ? Entahlah hanya dia yang tau.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN