Ibunya Meisya tampak lemah saat dikunjungi putrinya, airmatanya jatuh menetes. Aku yang melihatnya jadi tidak tega dan ingin rasanya menghajar suami yang sudah menyakiti hatinya, ayah Meisya. "N-nak ... kau ke sini?" lirih ibunya Meisya, lemah menatap Meisya. "Iya, Ma. Bagaimana kabar, Mama?" tanya Meisya, gemetar bibirnya, meski ada rasa tidak suka, aku kasihan melihat nasibnya. Apa aku mundur saja?! "Agak mendingan, Nak. Bagaimana dengan Frans?" "Aku di sini, Ma," ucap Frans, rupanya menganggap ibunya Meisya sama seperti ibunya sendiri. Pantas saja dia berjuang mati-matian agar ibu Meisya dan Meisya bahagia. "Sayang, mama kangen, Nak," Ibunya Meisya langsung memeluk Frans, demikian pula dengan Meisya, mereka berpelukan bertiga, sementara aku dan Vero memandangi mereka dari jauh. Mem