“Aku di mana?” Tanya Senarita seraya menatap ke seluruh ruangan yang sangat asing baginya.
Mendengar kalimat yang di ucapkan Senarita barusan, jantung Reino berpacu lebih cepat dari biasanya. Kemudian hal terburuk pun melintas di pikirannya. Karena memang tidak menutup kemungkinan jiak hal itu benar-benar terjadi.
Sedangkan sang dokter memeriksa, kemudian bertanya kepada pasiennya tersebut. “Nona sedang dirawat di rumah sakit. Apakah perasaan Nona merasa kurang nyaman?” Tanya sang dokter dengan nada suara yang lembut.
“Iya,” jawab Senarita singkat.
“Apa Nona ingat siapa pria yang berdiri di samping saya ini?” Tanya dokter itu lagi. Tentu saja Senarita tidak akan ingat karena memang mereka hanya bertemu satu kali dan itu pada saat Senarita dalam keadaan yang tidak baik. Pikir Reino.
“Apa Nona ingat keluarga Nona tinggal di mana?” sang dokter melayangkan pertanyaan kembali kepada Senarita karena pertanyaannya yang pertama tidak lah dijawab oleh Senarita. Namun kali ini Senarita menggelengkan kepalanya dengan pelan, membuat Reino tersentak kaget.
Pada saat Reino ingin bertanya kepada Senarita, sang dokter pun mencegah dirinya. Memberi isyarat agar Reino dimohon untuk tenang.
“Kalau begitu, apa Nona ingat nama Nona sendiri siapa?” kali ini sang dokter berharap pertanyaannya yang terakhir akan dijawab oleh pasiennya dengan jawaban yang diharapkannya. Namun ternyata jawaban Senarita kali ini sama saja. Wanita itu menggelengkan kepalanya untuk menjawab pertanyaan dari sang dokter.
Sang dokter menghembusakn napasnya pelan. Rupanya apa yang ia prekdisikan seblumnya benar-benar terjadi. Wanita ini mengalami lupa ingatan. Sedangkan Reino terlihat nnampak menyugar rambutnya ke belakang dengan gerakan yang kasar. Pria itu merasa sangat frustasi sekarang ini. Apa yang akan ia lakukan setelah ini mengenai Senarita. Sedang wanita itu dimintai info juga akan percuma.
Lantas karena merasa tak sabaran, Reino maju ke tempat Senarita. Berdiri di sampingnya, menatap lekat mata wanita itu. “Apa kamu tidak mengenaliku? Tidak sama sekali?” Tanya Reino dengan nada kecewa. Kecewa karena dirinya tidak bisa menemkukan keluarga wanita ini. Pasti jika saja keluarga wanita ini mengetahui keadaannya yang sekarang akan merasa sangat tidak karuan sedihnya.
“Kamu siapa? Kenapa menatapku seperti itu?” Senarita nampak takut di tatap seperti oleh Reino. Sang dokter yang melihat itu, lantas menegur Reino agar untuk tetap tenang.
“Tuan, saya mohon tenangkan hati anda. Tunangan anda baru saja siuman, anda harus lebih bersabar lagi,” tegur sang dokter kepada Reino. Kemudian Reino menghembuskan napasnya kasar.
“Nona, Tuan ini adalah tunangan anda? Apa anda tidak mengingatnya sama sekali? Mungkin kenangan yang kalian lalui bersama?” Tanya sang doter mencoba menggali ingatan Senarita.
Namun, lagi-lagi Senarita menggelengkan kepalanya. Wanita itu benar-benar tidak bisa mengingat apapun tentang dirinya maupun orang yang ada di sekitarnya.
“Sayang, aku ini tunanganmu, Reino. Apa kau tidak mengingatnya?” gemas Reino kemudian. Karena sudah dapat dipastikan jika wnaita ini tidak mengingat apapun, termasuk ingatannya sendiri. Bisa dikatakan kalau wanita ini mengalami lupa ingatan.
Mendengar pengakuan Reino yang seperti itu, serta wajah yang sangat kentara dengan raut kecewa. Membuat sang dokter dan perawat di sana merasa iba. Lantas sang dokter menepuk bahu Reino. “Ikutlah ke ruangan saya sebentar, Tuan Reino,” ucap sang dokter kemudian meninggalkan ruangan Senarita di rawat terlebih dulu. Membiarkan Reino berdua di dalam ruangan itu bersama tunangannya.
“Apa kau benar-benar tidak mengingatku sama sekali?” Reino masih saja terus mencoba bertanya kepada Senarita. sedang ekspresi wanita itu sangat ketakutan kepadanya. Melihat hal itu lantas Reino memilih keluar ruangan untuk menemui dokter yang merawat Senarita di ruangannya.
“Apa yang sebenarnya terjadi pada tunangan saya, Dok?” Tanya Reino pada saat sampai di ruangan sang dokter.
Dokter itu nampak membuka kembali hasil lab milik Senarita. Di bagian tubuh pasiennya itu tidak mengalami hal yang cukup serius. Namun, di bagian tempurung otaknya ada sedikit garis seperti retakan. Inilah penyebab pasien mengalami gagar otak ringan hingga menyebabkan hilang ingatan pada pasiennya tersebut.
“Pasien mengalami benturan yang cukup keras di bagian kepalanya. Seperti yang sudah saya katakan sebelumnya, kemungkinan besar pasien mengalami gagar otak ringan dan menyebabkan tunangan anda kehilangan memorinya,” jelas sang dokter kepada Reino.
Entah yang ke berapa kali Reino menghembuskan napasnya kasar. Sungguh malang sekali nasib wanita itu. Baru saja mengalami kegagalan dalam asmara, lalu mencoba untuk mengakhiri namun gagal karena dirinya. Setelah itu mencoba mengakhiri hidupnya kembali dan gagal lagi. Lalu sekarang hasilnya malah kehilangan semua kenangan yang dipunyai wanita itu.
“Lantas saya harus bagaimana, Dok?” Reino tak tahu apa yang harus ia lakukan. Karena sejujurnya dia tidak terlalu mengenal wanita itu.
“Ajak pasien berbicara, terutama tentang kenangan yang paling membekas diantara kalian. Hubungkan dengan keluarganya, karena peran keluarga itu sangat besar untuk pemulihan ingatannya. Mereka lah yang lebih tahu tentang tunangan anda,” jelas sang dokter kepada Reino.
Reino nampak pasrah dengan keadaannya sekarang. Mungkin karena takdirnya yang selalu berurusan dengan wanita itu. Maka langkah yang harus ia ambil selanjutnya adalah meyakinkan wanita itu kalau dirinya adalah tunangannya. Jika tidak, akan sedikit repot tugasnya untuk mengajak wanita itu pulang dan tinggal bersama dirinya. Mempunyai rasa peduli yang sangat tinggi, tidak mungkin bagi Reino meninggalkan wanita itu begitu saja.
“Kira-kira sampai kapan tunangan saya akan seperti ini, Dok?” tidak mungkin kan jika Reino akan selamanya berpura-pura menjadi tunangan Senarita.
“Paling cepat untuk memulihkan ingatannya dalam kurun waktu enam bulan, dan kemungkinan yang paling buruk ialah pasien tidak ingat selamanya,” balas sang dokter.
“Makasih Dok atas penjelasannya,” putus Reino yang sudah merasa sangat frustasi.
Setelah mendengar penjelasan dari dokter, Reino keluar dari ruangan dokter itu untuk kemudian kembali ke ruangan Senarita. memastikan keadaan wanita itu kembali.
Dengan pelan membuka pintu ruangan yang di tempati oleh Senarita, membawa kakinya melangkah masuk ke dalam ruang. Terlihat wanita itu tengah menatap sekelilingnya dengan tatapan bingung. Lantas Reino melangkah mendekat ke arah Senarita. wanita itu terkesiap kaget dengan kedatangan Reino yang baru saja dia sadari.
“Kamu siapa?” Tanya Senarita dengan raut muka yang sedikit takut. Memundurkan sedikit tubuhnya, mengambil sikap waspada. Takut-takut jika pria yang ada di hadapannya saat ini akan menyakiti dirinya.
“Sayang, tenang lah terlebih dulu,” Reino mencoba menenangkan Senarita. “Aku Reino, tunangan kamu. Apa kamu tidak mengingatku?” ucap Reino dengan nada suara yang lemah lembut agar Senarita terbiasa dengan dirinya.
Tidak mengingat apapun tentang dirinya maupun tentang kenangan yang selama ini ia lewati, pasti wanita ini merasa sendirian dan kesepian. Tidak ada orang yang dia kenal hanya sekedar untuk teman mengobrol. Reino tidak tega jika harus meninggalkan wanita ini. Entah kenapa ada rasa kasihan, serta rasa yang tidak ia mengerti apa itu.
“Tunangan?” ulang Senarita. wajahnya menunjukkan kalau dirinya tidak mempercayai semua perkataan yang diucapkan oleh Reino.
“Iya, Sayang. Kita berpacaran selama dua tahun, lalu enam bulan yang lalu kita memutuskan untuk meresmikan hubungan kita. Apa kamu melupakan momen di mana kamu menangis bahagia saat aku lamar di tepi pantai?” Reino terpaksa mengarang cerita yang tidak pernah terjadi. Demi membuat wanita ini percaya kepadanya.
“Benarkah itu?” kali ini tatapan Senarita terhadap Reino sedikit menghangat. Ada perasaan lega di hati Reino. Perlahan tapi pasti Senarita akan menerima kehadiran dirinya.
“Benar, Sayang,” jawab Reino seraya meraih tangan Senarita. Ia remas dengan pelan, mencoba memberikan rasa nyaman kepada wanita itu.
“Lalu siapa diriku? Maksudku namaku? Aku sudah mencoba mengingat hal tentang diriku. Namun, tetap saja aku tidak meningat siapa diriku. Bahkan namaku sendiri aku tidak tahu. Lalu apa yang terjadi kepadaku hingga aku bisa berada di sini?”
Reino menghela napasnya. Rupa-rupanya jika wanita ini membuka suaranya tetap sama saja seperti dulu saat mereka pertama kali bertemu. Selalu berucap tiada henti, jika sudah merasa nyaman. Reino ingat betul salah satu momen pada saat Senarita menangis di dalam dekapannya. Wanita ini mengeluarkan semua apa yang dia rasa pada waktu itu. Sepertinya wanita ini tipikal orang yang langsung mengekspresikan perasaannya.
“Apa kamu ingin mendengarnya mulai awal?”