Ch. 2. Hati Yang Tersakiti

1121 Kata
Senarita melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang dan tanpa arah. Wanita ini ingin mencerna apa yang baru saja terjadi pada hidupnya. Terlahir dengan latar belakang yang terpandang, nyatanya tidak bisa membuat perjalanan asmaranya berjalan dengan lancar. Malah karena latar belakangnya lah Senarita selalu dimanfaatkan orang terdekatnya. Sahabatnya, sanak saudara, dan kini kekasihnya. Lebih tepatnya lagi mantan kekasihnya. Entah kesalahan apa yang Senarita perbuat di masa lalu. Sehingga dia harus menanggung semua ini di kehidupan masa kini. Kurang baik apa dia sama orang disekitarnya. Namun, justru karena kebaikannya itulah selalu disalah gunakan oleh orang-orang tidak tahu diri. Senarita merasa hidupnya tidak adil, meskipun dia tidak pernah kekurangan apapun itu. Hanya satu yang dia tidak punya. Kasih sayang yang tulus dari orang yang benar-benar sayang dengannya, kecuali kedua orang tuanya dan adik perempuan satu-satunya. Mengemudi tanpa arah, mengantarkan Senarita pada sebuah pantai. Dia memarkirkan mobilnya di tempat yang semestinya. Kemudian turun dan melangkah menuju pinggir pantai. Suara deburan ombak, serta hembusan angin malam di pinggiran pantai tersebut membuat siapa saja menggigil kedinginan. Namun, tidak bagi wanita berusia dua puluh empat tahun ini. Senarita dengan santai berjalan masuk ke dalam air. Dengan tatapan yang mengarah ke depan, dan Semakin masuk ke dalam laut. Senarita seakan mau protes dengan takdir yang baru saja tidak berpihak kepadanya lagi. Dia sudah lelah dengan semua yang terjadi di dalam hidupnya. "Apa menjadi orang baik sesusah ini? Seberat inikah cobaan yang harus dilalui? Kenapa lagi-lagi harus orang terdekatku yang mengkhianatiku? Kenapa? Hah!" Teriak Senarita. Tidak peduli lagi dengan keadaan disekitarnya. Untung saja suasana di pantai pada malam ini tidak ramai seperti malam-malam sebelumnya. Sehingga tidak banyak yang memerhatikan teriakan Senarita. Sementara itu di sisi lain pantai, ada seorang pria yang tengah melamar kekasihnya dengan suasana sangat romantis. Banyak lilin yang menyala di sekitar mereka. Membentuk sebuah bentuk hati. Jangan lupakan pula, kelopak mawar yang bertebaran di dalam bentuk hati tersebut. Terlihat pria itu tengah berjongkok di depan kekasihnya, dengan cincin yang berada di tangan kanannya. Banyak orang yang menyoraki mereka. Sedangkan sang wanita hanya diam membisu menatap ke arah kekasihnya yang masih setia berjongkok di depannya. "Maukah kamu menjadi istriku, ibu dari anak-anakku kelak, Vre?" Tanya seorang pria yang tengah berjongkok, dengan menengadahkan tangannya yang membawa cincin, dan disodorkan ke arah Vreya. Wanita yang bernama Vreya tersebut menutup mulutnya. Tidak percaya dengan apa yang dilakukan Reino kepadanya. Vreya tidak menyangka jika Reino akan seserius ini dengannya. Padahal awalnya ia hanya bermain saja dengan Reino. Namun, rasa nyaman ketika berada di dekat Reino, membuat Vreya tidak berani mengungkapkan jati dirinya yang asli. Melihat Vreya yang tak kunjung menjawab pertanyaannya, membuat Reino menatap bingung ke arah Vreya. "Vre..." panggil Reino dengan suara yang lirih, serta tatapan yang lembut. Belum sempat Vreya menjawab, ada sebuah tangan yang menyebar tangan Vreya dan menarik Vreya ke dalam dekapan orang itu. Tentu saja Reino kaget dengan tindakan orang itu yang tiba-tiba menarik Vreya tanpa izin. Lalu Reino menatap siapa orang yang tengah menarik kekasihnya. "Diego!" Mata Reino membulat tidak percaya dengan apa yang dia lihat. Bagaimana bisa teman lamanya itu berada di sini. Sementara dirinya telah mengirim Diego ke pulau terpencil, karena kasus penggelapan dana yang dilakukan oleh Diego di perusahaannya dulu. "Setelah kau menghancurkan karirku, apa kau juga akan merebut istriku?" Diego menatap tajam ke arah Reino. Tangannya yang bebas mengepal erat, siap melayangkan pukulan terhadap mantan bos sekaligus mantan teman lamanya tersebut. Bak disambar petir, Reino dikejutkan lagi dengan sebuah kenyataan yang tidak pernah dia tahu. Lalu pandangannya beralih kepada Vreya, wanita yang sangat dia cintai beberapa bulan ini. Reino meminta penjelasan kepada Vreya melalui tatapan matanya. Vreya mengalihkan pandangannya. Tidak tega melihat ke arah Reino langsung. Awalnya memang dia hanya mengikuti instruksi dari suaminya, yang menyuruh Vreya mendekati Reino dengan tujuan menggerogoti kekayaan Reino sedikit demi sedikit. Namun, nyatanya Vreya menggunakan hatinya pada Reino. Hal inilah yang membuat Diego geram dan tidak tahan lagi. "Apa maksud semua ini?" Reino menegakkan tubuhnya. Menatap tajam ke arah Diego dan Vreya secara bergantian. "Hahaha apa kau terlalu mencintai istriku, hingga sampai mau melamarnya?" Tanya Diego dengan nada ejekan. Tangannya membelai lembut rambut istrinya. Lalu mengecup mesra bibir Vreya. Mata Reino memerah, menahan amarah yang menumpuk di dada. Ingin sekali dirinya memukul Diego, akan tetapi hal itu tidak bisa dia lakukan. Karena kenyataannya Vreya memang istri dari Diego, setelah mereka memperlihatkan cincin yang sama di jemari manis mereka. "Kalian akan menerima balasan atas perbuatan kalian selama ini." Tekan Reino pada kata-katanya. Kemudian menatap kecewa ke arah Vreya. Reino mencintai Vreya dengan tulus. Dia juga memberikan apa yang selalu diminta kekasihnya itu. Tapi apa balasan yang ia dapat? Sebuah pengkhianatan. Bukan, lebih tepatnya dirinya memang dipermainkan sedari awal mereka bertemu. Mungkin semua ini karena rencana balas dendam Diego pada dirinya, dengan menggunakan Vreya. Reino membuang cincin yang disiapkan untuk melamar Vreya tadi, kemudian berjalan meninggalkan mereka dengan hati yang entah bagaimana rasanya. Reino sendiri tidak tahu, yang pasti sakit dan sesak ia rasa. Mau marah, juga percuma. Karena semua sudah terlanjur terjadi. Saat Reino berjalan menuju mobilnya, tanpa sengaja mata Reino menangkap sosok wanita yang berjalan masuk ke arah laut. Terlihat wanita itu semakin melangkahkan kakinya ke depan, dan dengan tatapan yang kosong. Reino berpikir mungkin wanita itu ingin mengakhiri hidupnya. Reino tahu seperti apa rasanya putus asa paling dalam di hidupnya. Akan tetapi, Reino tidak pernah sampai berpikiran untuk mengakhiri hidupnya. Dia masih memikirkan orang tuanya, dan juga orang yang sayang kepadanya. Meski dirinya sendiri juga berada dalam perasaan yang terluka, Reino tetap peduli dengan orang lain. Maka dari itu, langkah selanjutnya Reino menghampiri wanita yang diduga mau bunuh diri tersebut. "Kamu gila, ya! Apa kamu nggak mikir bagaimana perasaan orang tuamu, jika melihat kamu bunuh diri?" Reino berteriak hingga mengundang perhatian pengunjung yang lain. Lalu tangannya menarik tangan wanita yang diduga mau bunuh diri. Wanita itu menoleh ke arahnya. Menatap lekat wajah pria yang menarik tangannya tersebut. Dalam samar cahaya lampu pantai, Senarita memperhatikan wajah Reino. "Apa maksudmu?" Tanya Senarita dengan wajah bingung. "Lalu siapa yang mau bunuh diri di sini?" Senarita menarik tangannya dari cekalan Reino. Namun, pria itu tak kunjung melepasnya. "Bukankah tujuanmu masuk ke dalam laut untuk bunuh diri? Jika mempunyai.masalah yang berat, selesaikan baik-baik. Jangan mengambil jalan pintas yang akan merepotkan orang terdekatmu. Perhatikan juga perasaan mereka jika kehilangan dirimu. Apa kamu tidak kasihan jika orang tuamu menangisimu selama berminggu-minggu. Lalu--" perkataan Reino segera dipotong oleh Senarita. "Tunggu! Siapa yang mau bunuh diri? Aku justru ingin menyegarkan pikiranku dengan cara menghirup angin laut dimalam hari. Karena aku sudah lelah menghadapi takdir yang selalu bercanda denganku." Jelas Serina lalu mencoba menarik tangannya kembali. "Ja-jadi, kamu bukannya ingin bunuh diri?" Tanya Reino salah tingkah. Karena praduganya meleset. "Enggak!" Jawab Senarita ketus. Dia kesal karena pria itu mengganggu waktunya menenangkan pikirannya yang sedang kacau. Bersambung....
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN