Setelah mendengar jawaban dari pria yang ada di hadapannya, apalagi dengan penampilan pria itu yang juga berlumuran darah. Akhirnya suster itu yakin jika memang pria ini adalah tunangan dari pasien yang sedang mereka tangani sekarang ini.
“Pasien kehilangan banyak darah, dan kebetulan stok golongan darah O di rumah sakit ini habis. Apa ada keluarga yang bisa dihubungi agar mendonorkan darahnya untuk pasien?” Tanya suster itu kepada Reino. Berharap ada sanak keluarganya yang datang. Karena memnag keadaan pasien sangat serius dan perlu segera ditindak lannjuti.
Mendengar golongan darah wanita yang terbaring lemah di dalam itu juga O, sama seperti dirinya. Maka langkah selanjutnya yang di lakukan Reino ialah menawarkan dirinya sendiri. Menghubungi keluarga wanita itu, tidak tahu harus lewat apa.
“Ambil darah saya saja, Suster. Kebetulan sekali darah saya sama,” ujar Reino menawarkan dirinya.
Tidak menunggu lama, suster itu langsung membawa Reino ke sebuah ruangan lain guna untuk di ambil darahnya. Semakin cepat terlaksana, semakin baik pula untuk pasien yang sekarang berada di ambang kematian. Setelah selesai di ambil darahnya, Reino dipersilahkan untuk beristirahat dulu. Dan memang itu yang dibutuhkan Reino saat ini. Sebelum itu Reino menghubungi maid di rumahnya untuk mengantarkan pakaian untuk dirinya. Karena tidak mungkin baginya meninggalkan wanita itu sebelum tahu keadaannya yang lebih pasti. Mungin saja ini sebagai rasa peduli Reino kepada sesama.
Butuh waktu empat jam untuk para tim medis menangani Senarita. Karena wanita itu harus menjalani beberapa operasi akibat kecelakaan yang dia pilih. Dengan setia Reino menunggu wanita itu di depan ruang IGD setelah ia istirahat sebentar dan membersihkan diri. Hingga tak berapa lama sang dokter keluar dari dalam ruangan itu dengan diikuti teman sejawatnya. Tentu saja pria itu langsung menghampiri sang dokter yang telah menangani Senarita.
“Bagaimana keadaan tunangan saya, Dok?” Tanya Reino begitu khawatir dan terlihat tidak sabaran ingin mengetahui keadaan Senarita.
Terlihat jelas rasa lelah di wajah dokter itu, namun dia dengan penuh ramah menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh pria yang terlihat tak kalah lelah darinya. Juga guratan rasa khawatir akan pasien yang dokter itu tangani beru saja, tercetak jelas di wajahnya.
“Pasien sudah melewati masa krisisnya. Karena benturan yang terjadi di kepalanya, dan juga kehilangan banyak darah membuat kondisi pasien sempat mengalami drop. Namun semua kini sudah tidak perlu dikhawatirkan lagi. Tinggal menunggu pasien siuman. Anda berdoalah saja, agar tunangan anda kuat menjalani ini semua dan segera sadar dari masa komanya,” jelas sang dokter panjang lebar. “Tenang saja, tunangan anda pasti segera sadar.” Lanjutnya lagi berniat menguatkan hati Reino seraya menepuk bahu Reino beberapa kali.
“Kapan kemungkinan dia untuk sadar, Dok?” Tanya Reino tidak tahu harus berbuat apa kedepannya. Sementara keluarga dari wanita itu saja ia tidak tahu. Bagaimana jika keluarganya mengkhawatirkan keberadaan wanita itu. Sedang wanita itu masih harus berjuang untuk kembali sadar.
“Dilihat dari kondisinya sekarang, kemungkinan pasien sadar dalam tiga sampai empat hari. Yang terpenting, anda berdoalah saja dan hubungi keluarganya yang lain. Siapa tahu dengan mereka sering mengajaknya mengobrol dan memberi dukungan pada pasien, membuat pasien akan segera sadar,” terang sang dokter. “Baiklah kalau begitu saya permisi dulu,” pamit sang dokter yang diikuti para tim medis yang membantuya menangani Senarita.
Pada saat Reino ingin masuk ke dalam ruangan, ada seseorang suster yang keluar dari ruangan tersebut. Orang itu menghampiri Reino, lalu mengatakan sesuatu kepada pria yang terlihat sangat elah tersebut.
“Pasien akan segera dipindah ke ruang VVIP, Tuan bisa menemani setelah pasien dipindah ke sana,” ujar suster tersebut. Setelah itu memanggil temannya yang lain guna membantunya memindahkan brankar pasien yang terdapat Senarita di atasnya.
Reino menatap wanita yang terbaring lemah tak berdaya dengan mata yang tertutup sempurna, tengah berada di atas brankar dan di doroh oleh tiga orang perawat menuju ruangan yang disebutkan barusan. Reino mengikuti langkah mereka di belakang. Sekarang ia harus bagaimana? Tidak ada akses untuk menghubungi keluarga dari wanita itu. Lantas, apakah ia akan membawa wanita itu pulang ke rumahnya setelah sadar nanti? Ah, dia kan bisa mengatakan alamatnya dimana setelah sadar nanti. Lalu kenapa aku yang bingung sekarang. Reino menggeleng dengan kekhawatiran dirinya sendiri yang sangat berlebihan.
Kini Reino duduk di sebelah Senarita yang masih terlelap dalam komanya. Meskipun ada jahitan di pelipis bagian kanan, serta sedikit goresan di wajah tetapi wanita terlihat masih sangat cantik. Hanya saja tidak sesegar pada waktu dirinya bertemu dengannya pertama kali di pantai malam itu.
“Pada pertemuan pertama kali kita, kau nampak begitu kacau pada saaat itu. Dan kini, keadaanmu lebih beruk dari malam itu. Apakah ini takdirmu yang tidak bagus saat bertemu denganku, Rita?” bukannya istirahat, Reino malah mengingat masa pertemuan pertama mereka dan sekarang yang selalu dalam keadaan tidak bagus.
Reino mencoba untuk mengajak Senarita berbicara, nmeskipun ia tahu Senarita tidak akan merespon setiap kata yang ia ucap. Tidak ingin membuang waktunya lagi, Reino beranjak dari tempatnya untuk kemudian berjalan menuju sofa yang terletak di sisi dinding sebelah kanan Senarita. Seharian dibuat melakukan aktifitas hingga sampai larut seperti ini. Sudah pasti tubuhnya minta diistirahtkan. Apalagi besok dirinya ada jadwal pertemuan penting dengan salah satu kolega bisnisnya.
Dua hari berlalu dari saat Senarita di rawat di sini. Wanita itu belum menunjukkan tanda-tanda untuk segera siuman. Dia masih betah terlelap di alam baawah sadarnya. Sementara itu, Reino sedikit uring-uringan karena jadwalnya hari ini sedikit berantakan. Seharusnya saat ini dia bertemu dengan atasannya Yoga. Akan tetapi Yoga berkata bahwa atasannya tidak bisa menemui Reino sekarang ini.
“Apa yang kau rencanakan, Yoga!” geram Reino pada Yoga melalui sambungan telepon.
“Maafkan saya, Tuan. Tetapi memang atasan saya tidak bisa menemui anda sekarang,” ucap Yoga menggunakan nada yang formal dengan Reino. Karena ini masih di jam kerja kantor.
“Aku menuntutmu sebuah penjelasan atas terbuangnya waktuku yang sangat berharga hari ini,” Reino nampak kesal sekali dengan temannya itu. Lebih tepatnya kepada atasannya Yoga yang tidak bisa bekerja secara professional, menurutnya.
Dari pada merasa kesal sendiri dan malah mebuatnya tidak bisa fokus pada pekerjaannya lagi, Reino memkutuskan beranjak dari ruangannya dan berniat pergi menemui sesorang yang selama dua hari ini menjadi pendengar setianya.
Meskipun memiliki semuanya, Reino masih merasa ada yang kurang di dalam hidupnya. Pria itu hanya tinggal sendiri di Negara ini. Keluarganya semua tinggal di Negara yang berbeda. Jadi tak ayal jika dia merasa kesepian setiap pulang ke rumah. Maka dari itu, tujuan Reino pulang kali ini bukanlah rumahnya, melainkan rumah sakit.
Memarkirkan mobilnya dengan sempurna di tempat yang disediakan di rumah sakit ini, kemudian melmbawa langkah kakinya melewati lobi dan lorong untuk menuju lantai dua. Dimana wanita yang selama dua hari ini menjadi pendengar pada saat dirinya sedang berkeluh kesah tentang apapun. Termasuk pada saat kandasnya hubungan dengan seorang wanita yang ternyata sudah memiliki seorang suami. Dan lebih parahnya lagi, wanita itu menjalin hubungan dengan dirinya hanya untuk sarana balas dendam.
Tidak mudah bagi Reino untuk bercerita tentang masalah hidupnya kepada orang lain, bahkan dnegan orang tuanya sekalipun. Reino akan memendam semuanya itu sendiri, meski pada saatnya nanti orang tuanya akan mengetahui permasalahan yang sedang ia hadapi.
Namun, berbeda pada saat Reino berada di sekitar wanita ini. Ia akan memulai ceritanya tanpa berpikir untuk kedua kali, meskipun ia tahu wanita ini tidak akan merespon apa yang ia katakana
“Bagaiman kabarmu hari ini? Apakah merasa lebih mendingan dari kemarin? Maaf, aku semalam tidak bisa menemanimu. Karena memang aku pulang sudah terlalu larut dan lelah,” Reino menyapa Senarita lalu memulai bercerita tentang apa yang ia alami seharian ini. “Kau tahu? Hari iini aku membuang uang ratuan miliyard, karena rekan bisnisku tiba-tiba saja membatalkan pertemuan kami dengan cara sepihak,” lanjut Reino.
Di saat mempunyai waktu yang senggang, selama dua hari ini Reino selalu sempatkan untuk menemani Senarita. Kemudian Reino menceritakan semua apa yang telah ia lalui seharian ini tanpa terasa ia terlelap di sisi ranjang dengan bertumpu lenganya.