Keheningan yang nyaman di antara mereka mulai berubah. Udara yang awalnya dipenuhi ketenangan kini mulai mengental, diisi oleh sebuah energi baru yang berdenyut rendah. Sentuhan mereka yang awalnya menenangkan, berubah menjadi penjelajahan penuh gairah. Ujung jari Loco yang kasar tak lagi sekadar menenangkan, tapi mulai melacak setiap lekuk tubuh Lexa di bawah air yang keruh oleh busa, seolah-olah menghafal peta baru yang terbentang di hadapannya. Lexa membiarkannya. Matanya yang hijau, yang tadi bagai danau tenang, kini mulai memancarkan kilauan baru. Bukan api yang menggebu seperti dulu, melainkan sebuah kedalaman yang justru lebih menggoda bagi Loco. Lexa tidak terburu-buru. Lexa adalah nelayan yang sabar, membiarkan ikan besar itu mendekat dengan sendirinya. "Lexa ...,” desah Lo

