Bab 3

1097 Kata
Larasati berulang kali memandang jarum jam yang bergerak, hampir 1 jam ia menunggu kedatangan Bayu di kamar pengantin yang telah dipersiapkan keluarganya dan keluarga Bayu, jantungnya berdetak tak karuan bukan karena takut menjalani malam pertamanya dengan Bayu tapi tekadnya untuk memberitahu Bayu tentang masa lalunya lah yang membuat jantungnya berdetak tak karuan. Berulang kali ia menatap pintu kamar melalui cermin meja rias dan berharap Bayu segera datang agar hidupnya bisa tenang. Cerai? Ditinggalkan? Semua sudah dipersiapkan Larasati jika nanti setelah berkata jujur Bayu menganggapnya wanita hina dan penipu saat mengetahui jatidiri Aisha dan juga masa lalunya. Mungkin hanya sampai disini Tuhan bisa melihatnya bahagia. Cklekkk Larasati memegang dadanya saat mendengar pintu kamar terbuka, ia memutar tubuhnya dan melihat Bayu masuk dengan wajah dingin, tanpa ekspresi dan juga kaku. Setelah menutup pintu kamar Bayu langsung membuka kopiah serta beskapnya dan membuangnya begitu saja ke lantai sebelum masuk ke dalam kamar mandi. "Sabar Laras, biarkan Mas Bayu mandi dulu" ujar Larasati menenangkan dirinya, Larasati lalu memungut baju yang berserakan dilantai dan memasukkan ke dalam lemari, ia juga mengeluarkan baju serta celana untuk dipakai Bayu setelah mandi nanti. "Mungkin ini untuk pertama dan terakhir kalinya aku menyiapkan baju untuk suamiku, suami yang akan langsung menceraikan aku jika tau bagaimana masa laluku yang buruk menghasilkan seorang anak bernama Aisha" ujar Larasati dalam hati. Tak lama Bayu keluar dari kamar mandi hanya mengenakan handuk, aroma maskulin sangat terasa dihidung Larasati, malu dan gugup membuat Larasati langsung membuang muka dan menarik nafas dalam-dalam lalu membuangnya berulang kali agar jantungnya tidak berdetak separah ini, berada satu kamar dengan lelaki yang hanya memakai handuk meski itu suaminya membuat Larasati malu. Bayu melirik kearah Larasati dan melihat dari ujung rambut ke ujung kaki, lalu menyunggingkan senyum sinisnya. "Not bad... aku yakin wanita ini subur dan sehat, sekali aku menidurinya... bayi yang diinginkan Ibu pasti segera hadir dirahimnya" Bayu lalu membuka handuknya dan mengambil baju yang telah dipersiapkan Larasati dan memasangnya langsung didepan Larasati, lidah Larasati langsung kelu untuk memulai percakapan. Mulutnya terasa dijahit untuk berkata jujur. Jantungnya juga masih belum berdetak secara normal, sungguh perasaan aneh yang membuat Larasati bingung kenapa setiap berada didekat Bayu semuanya menjadi berbeda dengan apa yang otaknya perintahkan. "Mas sudah makan?" Larasati mengigit bibirnya dan merasa bodoh memulai perbincangan dengan pertanyaan sepele seperti itu. "Sudah" balas Bayu acuh, Bayu lalu duduk diranjang dan merebahkan tubuhnya yang penat. Larasati berdiri didepan Bayu dan memilin-milin baju tidurnya saking gugup untuk memulai pembicaraan, Bayu mencoba menutup matanya dan membayangkan dirinya sedang bersama Ratih, wanita yang dicintainya. "Pernikahan ini hanya untuk membungkam mulut Ibu dengan kehadiran cucu sialan yang dipujanya, setelah wanita ini mengandung, aku akan meninggalkannya dan kembali mengejar Ratih... anggap saja wanita asing ini Ratih toh aku hanya menikahinya demi anak yang diinginkan Ibu... ya anggap saja dia Ratih... Ratih... Ratih...." Bayu merapalkan nama Ratih dalam hatinya. "Mas... sebelum kita melangkah lebih jauh, aku ingin memberitahu Mas sesuatu yang sangat penting dan harus Mas ketahui saat ini juga" ujar Larasati memulai pembicaraan, Bayu membuka matanya dan entah kenapa bayangan Ratih langsung muncul diwajah wanita yang berdiri didepannya itu, tanpa banyak kata Bayu langsung menarik tangan Larasati dan menindihnya. Bayu merapikan anak rambut yang berserakan diwajah Larasati, mendapat sentuhan diwajahnya dari lelaki untuk pertama kalinya semenjak kejadian 5 tahun yang lalu membuat Larasati salah tingkah dan merasa kepanasan apalagi posisi mereka terlihat sangat intim. Nafasnya tercekat saat merasakan hembusan nafas Bayu sangat terasa diwajahnya. "Ma...Mas" Larasati berusaha mendorong tubuh Bayu, tapi Bayu berhasil menahan agar tubuhnya masih menindih tubuh Larasati. "Hal penting? Lebih penting mana dari malam pertama kita?" Bayu menyunggingkan senyumnya, senyum yang baginya hanya untuk Ratih, otaknya menyuruhnya memperlakukan Larasati sebagai Ratih, Larasati kehilangan kata-kata saat melihat senyum yang diberikan Bayu, senyum pertama untuknya dan Larasati menyukai senyum yang dikeluarkan Bayu. "Tapi..." saat Larasati ingin bicara, Bayu langsung membungkam mulut Larasati dan mereka berciuman dengan lembut dan penuh cinta, ya cinta untuk Ratih bukan untuk Larasati. Larasati menutup matanya dan menikmati setiap kali Bayu menciumnya, ia membiarkan saat tangan Bayu mulai membuka baju tidurnya dan membuang baju tidur itu ke lantai. Setan berhasil membuat Larasati hampir melupakan niatnya. "Mas...aku..." panggilnya saat Bayu mulai berniat menjalankan tugasnya sebagai seorang suami, Bayu melihat wajah Ratih berganti menjadi wajah Larasati lagi, Bayu menggelengkan kepalanya dan berharap wajah Ratih lah yang dilihatnya "Maaf..." Bayu berdiri dan memungut kembali baju Larasati dan menyuruh istrinya itu untuk memasang kembali bajunya. Larasati langsung memasang dan bersyukur setan tidak membuatnya melangkah lebih jauh sebelum memberitahu Bayu tentang masa lalunya. "Mas... aku ingin memberitahu Mas suatu masalah yang Papi-ku buat" tanpa basa basi Larasati langsung masuk ke pokok masalah, ia tidak mau nanti terbuai lagi seperti tadi. Bayu memutar tubuhnya dan mengerutkan keningnya sambil menatap panjang Larasati. "Masalah?, masalah apa sehingga kamu harus memberitahu aku malam ini juga?" tanya Bayu, Larasati mengikat rambutnya yang berantakan akibat ciuman mereka tadi dan menunduk karena malu Bayu menatapnya. "Aku... memiliki seorang anak perempuan berusia 4 tahun" Larasati mengigit bibirnya sampai berdarah setelah selesai membuka rahasianya. Bayu lalu duduk disofa dan memandang kearah Larasati dengan tajam. "Anak? jadi wanita ini pernah menikah dan memiliki anak? wah wah wah Ibu ternyata memilih kucing dalam karung tanpa menyelidiki dulu masa lalunya, masa lalu yang bisa aku pergunakan sebagai senjata untuk menceraikannya. Bagus!! Sangat sangat bagus Larasati, kamu sendiri yang membuka jalan kehancuran pernikahan ini, baiklah... seperti yang dulu aku katakan, aku tidak peduli dengan masa lalu kamu, anak? anggap saja kehadiran anak itu sebagai senjata untukku. Lagian anak itu bukan bayi dan pasti tidak akan membuat kepalaku pusing dengan tangisannya di tengah malam" Bayu menyunggingkan senyum liciknya. "Terus masalahnya dimana?" tanya Bayu, Larasati yang sudah bersiap menerima makian, hinaan dan sebagainya melihat kearah Bayu dengan tatapan bingung. "Mas nggak masalah aku punya anak?" tanya Larasati, Bayu mengangkat kedua bahunya. Larasati menghembuskan nafasnya dan bersyukur Bayu tidak menceraikannya dan bisa menerima jika dirinya memiliki anak. "Memangnya ada yang salah? Statusku pun bukan perjaka dan aku tidak akan bermimpi tinggi memiliki istri seorang perawan, toh perawan atau tidaknya yang terpenting sanggup dan mampu menjadi istri seorang Bayu Anggara Dinata, kamu pasti sudah tau aku sudah pernah menikah sebelum menikah dengan kamu, jadi buat apa dipermasalahkan, lagian tidak merugikan siapapun" balas Bayu acuh. "Tapi Ibu Mas..." balas Larasati yang merasa tidak enak. "Ibu nggak akan mempermasalahkan hal itu karena kamu merupakan wanita yang dipilihnya untuk menjadi istri aku, jadi nggak usah kuatir.. tugas kamu hanya menjadi istri dan menantu yang baik serta secepatnya memberikan Ibu cucu yang sangat ditunggu-tunggunya, jadi simpan rahasia itu hanya untuk kita berdua, mengerti?" Larasati langsung mengangguk saat mendengar perintah Bayu, Larasati menghela nafas dan bersyukur semuanya baik-baik saja, meski alasan kenapa ia bisa memiliki anak belum sanggup dibilangnya kepada Bayu, biarlah malam j*****m itu disimpannya dalam hati saja tanpa perlu diketahui Bayu. ****
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN