Sekitar pukul sepuluh malam, Rivaldo mendapat telepon dari Nawang yang memintanya untuk kembali ke kamar rawat Alin karena Nawang sudah di susul oleh Arsan. Posisi Rivaldo saat ini masih di warung tenda dekat rumah sakit. Pria itu lantas membayar pesanannya yang hanya kopi hitam dan beberapa gorengan saja untuk mengganjal perut. Bergegas menuju ke ruang rawat Alin untuk bergantian menjaga. Jantungnya saat ini berdetak kencang karena sebentar lagi akan menghadapi Alin dan amarah wanita itu. Sebenarnya ia masih belum siap untuk menerima wajah cuek Alin. Tapi karena Nawang harus pulang ke rumah, jadi sebagai menantu yang taat dia bergegas menerima perintah Ibu mertuanya itu. Tiba di ambang pintu, Rivaldo menghentikan langkahnya lama. Mengatur napas untuk menetralkan debar jantungnya yang be