BR~143

1393 Kata

“Pagiii,” sapa Desty mempercepat langkahnya menghampiri bayi yang sedang berada di ayunan elektrik. Melihat wajah mungil itu terlelap dengan nyeyak, Desty lantas mendesah karena harus menunggu Putra bangun, agar bisa menimang bayi menggemaskan itu. “Ini sudah siang, Des,” ujar Syifa yang tengah sibuk membaca. “Bukan pagi lagi.” “Masih jam sembilan, Mbak,” sanggah Desty kemudian bergeser untuk duduk di samping Syifa. “Anggun ke mana?” “Ke makam Sabda,” jawab Syifa kemudian menghela kecil. Selalu ada luka yang kembali terbuka, ketika mendengar nama mendiang putranya disebut. Namun, setidaknya rasa itu tidak sepahit dahulu kala. Syifa mulai bisa berdamai, walau rasa ikhlas itu masih menggantung di udara. “Paling ini lagi otewe pulang.” “Anggun masih rajin konseling, kan?” selidik Desty.

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN