BR~132

1077 Kata

“Sabar, ya.” Syifa kembali memberi semangat, sambil meraih tangan Anggun dan menggenggamnya erat. Menatap sang menantu yang sedang merintih, menahan rasa nyeri karena kontraksi yang datang kembali. Anggun hanya bisa mengangguk. Mengatupkan geligi dan menahan rasa nyeri yang kembali merayap di sekujur tubuh. Anggun mengerang, memejamkan mata, dan harus mengatur napas. “Kita bisa caesar kalau memang sudah nggak tahan,” ujar Syifa merasa nyeri sendiri melihat kondisi Anggun. “Kita konsul dulu, biar kamu nggak kesakitan seperti ini.” Anggun menggeleng. Menarik napas panjang lalu berujar, “nanggung ... Ma.” “Bukan masalah nanggung, tapi Mama takut kalau kamu nanti kehabisan tenaga.” Di titik ini, Syifa benar-benar takut dan tidak ingin membayangkan hal buruk apa pun. Ia sudah kehilangan Sa

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN