Indah menoleh ke arah pintu kamar yang baru terbuka. Sabda masuk dengan wajah lelahnya, lalu duduk menghempas b****g di tepi ranjang. Tepat di samping Indah yang duduk di meja kerja pria itu. “Nggak—” “Kamu robohin rumah om Regan?” tanya Sabda sembari membuka kancing kemeja teratasnya. “Rumahku, tolong diralat,” ucap Indah datar lalu mengalihkan wajah dari sang suami. Kembali menatap layar laptop Sabda untuk mengecek semua persiapan pernikahan mereka. “Kenapa dirobohin?” Sabda sampai salah berucap, karena masih menganggap rumah tersebut milik Regan. Baru begitu saja, ekspresi istrinya berubah seketika. “Tahu dari siapa?” Indah menggeser dua jarinya di mouse trackpad dengan perlahan. Tatapannya tetap fokus pada layar. “Papa,” jawab Sabda lalu berbaring dengan helaan. “Papa ditelpon ma

