Aku termenung mengingat interaksi antara Mas Arslan dan Mbak Diana sore tadi. Entah kenapa begitu mengusik hatiku. "Aku, kamu, masih seakrab itukah mereka. Hingga panggilan itupun masih bertahan sampai sekarang. Sedangkan denganku, selalu menggunakan saya ketika berbicara. Apa dia masih belum menerimaku seutuhnya, hingga sulit buatnya akrab denganku. Padahal hampir tiap malam dia mendekatiku, bahkan tak segan-segan menikmatiku" gumamku sambil mendengus kesal. "Kamu kenapa Mey" "Astagfirullah" ku pegang dadaku yang berdebar kencang. Bukan debar yang menyenangkan, tapi debar kaget karna kedatangan Mas Arslan yang tiba-tiba. "Kenapa lagi kamu. Kok kaya orang kaget gitu" alisnya naik sebelah karna melihat reaksiku. "Ya emang kaget Mas. Lagian Mas masuk kok ga ada suaranya sih" sungutku.