Part 9

806 Kata
Pagi ini aku mengemas beberapa baju milikku juga Ahsan. Niatnya aku akan menginap dirumah orang tuaku selama beberapa hari. Kurasa tak akan masalah jika hanya beberapa hari kan. Toh, selama beberapa bulan ini juga aku sudah tak pernah menginap disana. Setelah aku rapih, dan Ahsan pun sudah nyaman digendongan, segera aku keluar kamar sambil menarik koper. "Loh, kamu mau kemana Mey" Mamah yang kaget melihatku keluar kamar dengan koper, langsung menghampiriku. "Mey minta ijin mau nginap beberapa hari dirumah Ibu ya Mah. Mey kangen sama mereka" smoga saja Mamah menyetujui permintaanku ini. Mamah terdiam, seperti sedang mempertimbangkan apakah akan mengijinkan atau tidak. Tak lama Papah pun menghampiri dan memeluk pundak Mamah. "Biarkan Mey menginap Mah. Toh, cuma beberapa hari kan. Mey sudah terlalu lama tinggal disini" ucap Papah. Terlihat Mamah mengembuskan napasnya berat. "Baiklah. Tapi janji jangan lama-lama ya Mey" pintanya. "Mey janji Mah. Yaudah, kalau gitu Mey pamit ya. Assalamu'alaikum" "Wa'alaikumsalam" Setelah mencium tangan mereka, aku pun langsung keluar menunggu taksi online yang sebentar lagi akan sampai. "Loh Mey, kalian mau kemana?" tanya Mas Arslan yang baru saja datang dari luar. "Saya mau menginap di rumah Ibu saya beberapa hari Mas" jelasku. "Oh, oke" Lalu hening diantara kami beberapa saat. Entah kenapa Mas Arslan tidak langsung masuk kedalam. Malah terdiam didepanku. "Ehm, Mey. Boleh Mas minta jawaban yang kemarin sekarang juga?" Jantungku berdetak kencang mendengar pertanyaannya. Meskipun aku sudah menyiapkan jawabannya, namun entah mengapa rasanya belum siap sepenuhnya menjawab. Tapi, kupaksa kepalaku untuk mengangguk. "Jadi apa jawabannya?" Ku tarik napas, dan mengembuskannya pelan. "Datanglah ke rumah orang tuaku, jika Mas Arslan serius ingin menikah denganku" Bersamaan dengan jawabanku, taksi online pesananku pun datang. Menjadi kesempatan untukku meninggalkan Mas Arslan agar dia tak menuntut jawaban lebih. *** Perjalanan yang harusnya hanya ditempuh selama satu jam, molor hingga dua jam akibat pembangunan jalan layang. Juga beberapa kali kami harus memutar jalan akibat jalan yang ditutup. Ahsan bahkan sempat rewel karna mulai merasa tidak nyaman. "Assalamu'alaikum" aku memasuki rumah dengan langkah gontai. Lelah mendera tubuh karna harus terjebak macet tadi. "Wa'alaikumsalam. Ya ampun Mey, kamu kemana aja sih. Kok baru sampe jam segini" Ibu langsung mengambil alih Ahsan demi melihatku yang kelelahan disofa. "Macet Bu, jalanan juga ditutup. Terpaksa sopirnya jadi muter-muter" "Kasian cucu Nenek" ucap Ibu sambil mengelus pipi Ahsan. "Yaudah ayo ke kamar. Biar kamu sama Ahsan istirahat dulu. Kasian ini cucu Nenek pasti lelah juga" Aku pun mengikuti langkah Ibu yang sedang menggendong Ahsan menuju ke kamarku. Selepas membersihkan badan, aku langsung merebahkan diriku disamping Ahsan yang sudah terlelap duluan. Hingga aku pun ikut terlelap bersamanya. *** "Mey, bangun. Udah mau dzuhur" pelan Ibu membangunkanku. Aku pun mengerjapkan mata dan melihat kesamping. Ahsan masih tertidur setelah menyusu lama tadi. "Ayo keluar, bantu Ibu nyiapin makan siang" Aku pun menurut. Selepas cuci muka dan meletakan bantal dan guling disamping Ahsan, aku keluar menuju dapur. "Loh Bu, banyak banget makanannya" kaget karna ga biasanya Ibu masak sebanyak ini. Penghuni rumah cuma Ibu, Ayah, dan aku saat ini. Tapi masakan diatas meja, seperti untuk 10 orang lebih. "Iya, mau ada tamu soalnya nanti". "Ohh" terjawab sudah keherananku. Setengah jam berlalu, semua sudah siap dan rapih. Rumah juga sudah dirapihkan demi menyambut tamu nantinya. "Udah sana, kamu siap siap gih. Pake baju yang rapih. Sebentar lagi tamunya dateng. Ga enak kalau kamu masih kucel" "Idih, orang aku kaya gini juga rapih kok. Kucel dari mana coba" aku memberengut mendengarnya. "Pokonya cepetan pake baju yang bagusan sana. Ibu ga mau tau" didorongnya aku masuk ke kamar oleh Ibu. Ku lihat, Ahsan juga masih tertidur. Sepertinya memang dia terlalu lelah diperjalanan tadi, hingga aku tinggalpun dia masih anteng. Baiklah, mending aku mandi karna kebetulan badan juga sedikit lengket. Aku bukan tipe orang yang betah berlama-lama dikamar mandi, apalagi untuk mandi. Cukup 15 menit biasanya aku sudah selesai. Terlebih sekarang ada Ahsan, kadang bisa mandi selama 10 menitpun sudah indah buatku. Langsung saja aku memakai dress biru favoritku. Sangat simpel, namun entah mengapa terlihat manis saat aku bercermin. Terdengar suara mobil berhenti didepan rumah. Sepertinya tamu Ibu dan Ayah sudah datang. Tok tok "Mey, kamu udah siap belum?" aneh, kenapa harus menunggu aku siap. Itu kan tamu mereka. Mereka bisa menyambut tanpa aku kan. "Udah Bu. Kenapa memangnya?" tanyaku. "Tamu ini sebenernya buat kamu Mey. Mereka ada urusan sama kamu" ujar Ibu seraya menyisipkan rambutku ke belakang kuping. Oh tidak. Mereka pasti ingin menjodohkan ku lagi seperti beberapa bulan lalu. Padahal, masalah lamaran Mas Arslan saja belum selesai. Apa sebaiknya aku beri tahu Ibu saja sekarang. Supaya perjodohan ini batal. Tapi sepertinya ga mungkin, terlebih tamunya sudah didepan rumah. "Mey. Hey" aku tersadar dari lamunanku saat Ibu mengusap lenganku lembut. "Apa ini soal perjodohan lagi?" tanyaku lagi. "Mungkin, bisa dibilang iya. Cobalah dulu. Kalau ga cocok, kamu bisa mundur kapanpun" "Baiklah. Ibu bisa kesana duluan. Aku mau gendong Ahsan dulu" "Oke. Tapi jangan lama-lama ya" pintanya. Aku pun hanya mengangguk sebagai jawaban. Ahh, kenapa sepertinya hidupku makin rumit. Apa dari awal aku sudah salah mengambil keputusan. Tapi entah kenapa, aku tidak menyesal menjadi Ibu s**u untuk Ahsan meskipun pada akhirnya aku harus terjebak disituasi yang sulit ku pilih. Allaah, bolehkan aku lari saja. Pergi yang jauh berdua dengan Ahsan?. *******
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN