Part 2

549 Kata
Sesampainya di depan ruang NICU, kami harus menelan kekecewaan. Pasalnya, hanya orang tua bayi yang diijinkan untuk masuk ke dalam. Mamah yang tadi terlihat begitu bahagia, harus bersedih kembali karna tak bisa melihat cucu pertamanya. Akhirnya kami pun, memutuskan untuk duduk di depan ruang NICU. "Mah" panggilan dari mas Arslan mengalihkan pandangan kami. Serempak kami berdiri dan mendekati mas Arslan. "Gimana keadaan cucu Mamah, Ars? Kenapa dia harus masuk ke sini?" cecarnya. Terlihat mas Arslan menghela napas berat, sebelum menjawab pertanyaan mamah. Aku, hanya bisa menggenggam tangan mamah sebagai bentuk dukungan agar mamah lebih kuat dan tabah.  "Cucu Mamah, alhamdulillah sehat. Hanya perlu sedikit observasi, karna sepertinya perut Ratih terbentur aspal tadi. Khawatir, mempengaruhi bayinya," jelasnya dengan sedikit senyum. Hanya sedikit, karna ku paham bahwa tidak mudah untuk tersenyum disaat orang yang kita cintai tengah terbaring lemah. "Alhamdulillah," jawab kami bersamaan. "Lalu, bagaimana keadaan Ratih?" tanya mamah lagi. "Ratih sedang masa pemulihan, mungkin sebentar lagi akan pindah ke ruang perawatan." "Syukurlah, kalau begitu." Mas Arslan pun, pamit karna harus mengurus beberapa berkas guna keperluan bayinya. Sedangkan aku dan mamah, memilih untuk kembali ke tempat mbak Ratih. Karna menurut kami percuma disini, sebab kami tidak bisa menemani bayi mereka. *** "Maaf, apakah ada yang namanya Meyriska diantara keluarga pasien Ratih?" tanya seorang suster yang baru saja memindahkan mbak Ratih ke ruang perawatan. Kami semua saling berpandangan, merasa bingung kenapa mbak Ratih malah menanyakan diriku. "Ya, saya sus. Ada apa, ya?" "Pasien ingin berbicara bersama, Mbak dan suaminya." Kami semakin bingung dibuatnya. Kenapa mbak Ratih ingin berbicara padaku dan Mas Arslan secara bersamaan. Meski kupikirkan dengan keras, tapi tetap saja aku tidak menemukan jawabannya. "Kenapa semua diam di luar, Mah?" Pertanyaan mas Arslan membuyarkan lamunan kami semua. "Ars, Ratih ingin berbicara bersama kamu dan Mey di dalam." Mas Arslan melemparkan pandangannya padaku. Aku hanya bisa menggeleng, karna memang aku tidak tau apa maksud mbak Ratih ingin berbicara bertiga. Akhirnya, kami pun masuk ke dalam ruangan mbak Ratih dirawat. "Assalamu'alaikum," ucap kami bersamaan. "Wa'alaikumsalam. Mey." Mbak Ratih tersenyum melihatku, dan mengulurkan tangannya padaku. Langsung ku sambut uluran tangannya dan segera memeluknya. "Terima kasih ya Mey, udah kesini," ucapnya lemah. "Ga usah berterima kasih, Mbak. Gak mungkin aku gak kesini saat Mbak dalam keadaan kaya gini." Tanpa bisa ku tahan, air mata ini mengalir begitu saja. Lalu pandangan mbak Ratih, beralih pada mas Arslan. Aku pun berdiri, memberi kesempatan pada mas Arslan untuk mendekati istrinya. "Terima kasih, Sayang. Kamu udah berjuang melahirkan anak kita." Diciumnya kening dan pipi mbak Ratih penuh cinta. Aku jadi salah tingkah sendiri melihatnya. Ingin rasanya keluar, tapi mbak Ratih menahan tanganku. Mbak Ratih pun mengurai pelukan mas Arslan. "Mas, Mey, apa kalian sayang sama aku?" tanyanya langsung tanpa basa-basi. Kami berdua saling berpandangan. "Tentu Sayang, Mas sangat menyayangi kamu." Kini, mbak Ratih beralih menatapku. "Bagaimana dengan kamu Mey, apa kamu sayang sama Mbak?" "Aku juga sayang sama Mbak. Mbak udah aku anggap sebagai kakakku sendiri." Ya, memang aku telah menganggap mbak Ratih seperti kakakku sendiri. Terlebih, aku hanya punya satu kakak laki-laki. Hingga aku sangat bahagia bisa mengenal mbak Ratih sebagai kakak iparku. "Kalau begitu, apa kamu mau mengabulkan permintaan Mbak?" Jantungku serasa mau copot demi mendengar omongannya. Prasangka demi prasangka kian melintas di kepalaku. Takut jika ini, seperti permintaan terakhir. "Pe-permintaan ap-apa Mbak?" terbata aku menjawabnya akibat rasa gugup yang tak mampu ku tahan. "Mbak mohon sama kamu, jadilah ibu susu untuk anak Mbak!?" Mataku membulat sempurna mendengar permintaan mbak Ratih. Ini konyol, bagaimana mungkin aku bisa menjadi ibu susu sedangkan aku saja tidak melahirkan.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN