“Mika!” Panggil Evelyn kemudian mempercepat langkahnya menuju Mikaila yang telah menghentikan dorongannya pada pria itu.
“Ada apa?” Tanya Evelyn saat telah berada di samping Mikaila. Tapi, bukannya menjawab pertanyaan Evelyn, Mikaila justru mengusir pria di hadapannya.
“Go away! I don’t want to see you again! We don’t need you! Stay away from our lives! You jerk!” Bentak Mikaila penuh amarah kemudian masuk kembali ke dalam ruangan meninggalkan Evelyn bersama pria yang tidak ia kenal.
-------
“You are Mika’s father, right?” Tanya Evelyn.
Saat ini mereka berdua tengah duduk di kursi panjang yang tak jauh dari ruang inap Celine.
“I don’t even deserve that nickname” Ucap pria itu yang sembari tersenyum miris. Pria bernama Rico Benhard, ayah Mikaila.
“Aku pergi meninggalkan mereka begitu saja dan tidak pernah memberi kabar sekali pun setelah aku dan Celine bercerai. Jadi pantas kalau mereka membenciku” Ucap Rico menggunakan bahasa Indonesia namun dengan logat Amerika-nya yang kental.
“Aku datang ke Indonesia karena merindukan Mikaila. Tapi saat aku mengunjungi rumah mereka, seorang tetangga mereka mengatakan kalau Celine pingsan dan dibawa ke rumah sakit” Lanjut Rico terlihat sedih.
“Mika banyak bercerita tentangmu” Ujar Evelyn yang membuat Rico menatapnya.
“Dia bilang, ayahnya adalah orang yang baik. Dia sangat penyayang dan selalu memperhatikan dirinya. Mengatakan dirinya cantik bahkan disaat dia merasa dirinya jelek. Mengajarinya matematika saat ke Indonesia, bahkan mau mengangkat teleponnya jam berapa pun dia menelepon. Dia bilang, dia sangat mencintai ayahnya dan aku yakin dia tidak benar-benar serius dengan apa yang tadi dia ucapkan padamu. Mungkin dia mengatakan itu karena sedih dengan keadaan Tante Celine” Jelas Evelyn. Dia tidak berbohong akan hal itu. Mikaila benar-benar menceritakan hal itu padanya saat mereka di sekolah menengah atas.
“Dia bahkan berbohong pada sahabatnya sendiri” Ucap Rico. “Aku tidak pernah melakukan apapun yang dia ceritakan padamu. Malah aku selalu mengabaikan dirinya saat berkunjung ke Indonesia” Lanjutnya.
“Bukankah itu berarti dia benar-benar menyayangimu sampai harus berbohong hanya untuk membuat dirimu terlihat baik di hadapan sahabatnya?” Tanya Evelyn yang membuat Rico tak dapat berkutik.
“Aku akan menghubungimu saat Tante Celine sadar” Ucap Evelyn kemudian berdiri dan berniat pergi meninggalkan Rico sendirian.
Namun saat ia berbalik, sesaat ia melihat siluet seorang pria sebelum pria itu menghilang.
Evelyn menggelengkan kepalanya, mungkin saja ia salah lihat. Tidak mungkin pria itu mengikutinya hingga kemari.
-------
“Kau pasti terkejut” Gumam Mikaila saat Evelyn kembali beberapa saat lalu.
“Tidak juga” Jawab Evelyn membuat Mikaila tersenyum miris.
“Kau juga pasti sudah tahu” Gumam Mikaila kembali.
“Memangnya apa yang salah dengan itu? Kau hanya tidak ingin terlihat menyedihkan, right? Aku mengerti bagaimana perasaanmu” Ucap Evelyn membuat Mikaila menatapnya.
“Mika, aku berteman denganmu bukan karena latar belakang. Aku tulus berteman denganmu tanpa memandang apapun karena aku tahu, kau juga seperti itu. Tidak masalah kau berbohong padaku masalah ayahmu, itu tidak akan mengubah apapun di antara kita. Okay?” Ujar Evelyn.
Tak lama isak tangis Mikaila terdengar. Ia sungguh merasa sangat buruk saat ini. Padahal bukan orang lain melainkan sahabatnya sendiri. Harusnya ia tak berbohong hanya untuk terlihat bahagia di hadapannya sahabatnya itu.
“Maafkan aku” Gumam Mikaila.
Evelyn pun menghampiri Mikaila yang duduk di samping ranjang Celine dan memeluk gadis itu sembari mengusap kepalanya.
“Tidak apa-apa. Semua orang bisa melakukan kesalahan” Ucap Evelyn menenangkan Mikaila.
Dua jam menemani Mikaila di rumah sakit, akhirnya Evelyn memutuskan untuk pulang karena Delwyn mengatakan bahwa pria itu berada di depan rumah sakit menjemputnya. Padahal pria itu tahu bahwa Evelyn membawa mobil sendiri tapi pria itu ngotot ingin menjemput Evelyn. Ia takut terjadi sesuatu pada saudara kembarnya itu di tengah malam seperti ini.
Begitulah Delwyn. Meski sering bertengkar dengan Evelyn, tapi percayalah kalau di antara mereka berlima hanya Delwyn yang paling dekat dan mengerti Evelyn.
Saat baru keluar dari rumah sakit, seorang pria menghampiri Evelyn yang membuat gadis itu terkejut dengan jantung yang berdebar.
“Apa kamu mau pulang?” Tanya pria itu. Austin.
“Iya” Jawab Evelyn sembari menahan gejolak aneh di perutnya.
“Kalau begitu aku akan mengantarmu sebagai ucapan terima kasih tempo hari” Tawar Austin. Dan itu bukanlah omong kosong karena memang itulah alasan yang bahkan membuatnya harus menunggu selama dua jam meski urusannya di rumah sakit telah selesai.
“Ah, tidak per...” Belum selesai Evelyn berbicara, Delwyn datang dan langsung merangkul pinggang Evelyn.
“Siapa dia, Ev?” Tanya Delwyn dengan tatapan tajam yang jelas ia tujukan pada Austin yang bahkan tidak menampakkan ekspresi apapun.
“Ah, bukan si...”
“Ya sudah kalau bukan siapa-siapa. Ayo pulang” Ucap Delwyn bahkan sebelum Evelyn menyelesaikan ucapannya. Pria itu kemudian membawa Evelyn pergi masih dengan merangkul pinggangnya.
Delwyn membukakan pintu mobil untuk Evelyn dan membiarkan gadis itu masuk lebih dulu. Setelahnya ia masuk ke bagian pengemudi dan melajukan mobilnya, meninggalkan Austin yang masih berdiri di depan lobi rumah sakit.
“Siapa pria tadi?” Tanya Delwyn.
“Makanya jangan asal memotong ucapan orang kalau tidak tahu apa-apa” Sindir Evelyn kemudian menarik telinga Delwyn yang membuat pria itu mengeluh sakit dan mengusap-usap telinganya saat tangan Evelyn terlepas.
“Jangan asal menarik orang sembarangan juga kalau belum pamitan” Sindir Evelyn sembari menarik telinga Delwyn lagi dan membuat pria itu mengeluh kembali.
“Sakit, Ev” Keluh Delwyn. “Aku sedang menyetir. Kenapa juga cubitanmu semakin sakit?” Gerutunya.
“Biar kau tahu rasa” Ucap Evelyn.
“Tapi siapa pria itu?” Tanya Delwyn lagi.
“Austin Stone dari Stone Group, aku bertemu dengannya di acara amal dan dia meminta untuk bertemu Daddy. Aku tidak tahu alasannya ingin bertemu Daddy, tapi yang pasti mereka berdua sudah bertemu dan tadi dia hanya menawarkan untuk mengantarku pulang karena bantuanku saat itu. Dan lagi aku juga tidak tahu kenapa dia berada di rumah sakit. Kami hanya kebetulan bertemu. Puas?” Jelas Evelyn.
Mungkin kalian berpikir kalau Evelyn telalu berlebihan sampai menjelaskan awal pertemuannya dengan Austin. Tapi percayalah jika Evelyn tidak menjelaskan semuanya secara rinci, maka Delwyn akan terus bertanya hingga pria itu mengetahui semuanya.
“Kenapa dia bisa tahu kalau kamu putri Daddy? Bukankah kau tidak pernah muncul di media?” Tanya Delwyn.
See? Inilah yang Evelyn hindari.
“Mana kutahu” Jawab Evelyn seadanya.
“Besok-besok hindari saja dia kalau mau bertemu denganmu lagi. Siapa tahu saja dia punya niat buruk” Pintah Delwyn.
“Iya, iya cerewet” Ucap Evelyn. “Tapi bagaimana dengan mobilku?” Tanyanya.
“Sudah aman di mansion” Jawab Delwyn.
“Awas saja kalau ada lecet. Dua mobilmu akan hilang dari garasi” Ancam Evelyn.
Jangan tanya bagaimana bisa mobil Evelyn bisa berada di mansion tanpa kunci. Karena aku yakin kalian tahu bagaimana cara orang kaya bekerja.
“Tenang saja. Itu tidak akan terjadi. Dasar bocah” Ucap Delwyn sembari mengacak rambut Evelyn yang langsung mendapat pukulan dari gadis itu.
“Lagipula kau ‘kan tahu aku bawa mobil, masih saja ngotot ingin menjemput” Gerutu Evelyn.
“Karena aku takut si bungsu ini kenapa-kenapa kalau pulang sendiri di tengah malam seperti ini” Ucap Delwyn yang membuat Evelyn memanyunkan bibirnya. Tapi meski begitu ia senang, Dewlyn memang yang paling bisa ia andalkan.
Di samping itu, bayang-bayang Austin yang tampan menghiasi kepala Evelyn. Tatapan tajam, bagaimana bibirnya berucap, bahkan tubuhnya yang berdiri kokoh.
Astaga, sepertinya ia sudah mulai gila.
-------
Love you guys~