Seperti pagi biasanya, Nabilla dan Briyan sudah mulai bersekolah lagi setelah kemarin sempat bolos karena menjaga Raffa. kini mereka berdua sudah berada di parkiran sekolah, Briyan hendak turun dari mobil, namun Nabilla terlihat enggan untuk turun.
"Lo mau di sini aja?" Tanya Briyan pada Nabilla yang masih diam di tempat.
Nabilla menggeleng kan kepalanya "gue takut."
Briyan mengangkat sebelah alis nya bingung.
Kepala nya tertunduk "Gu-gue takut di bully anak-anak." Kali ini ia benar-benar ketakutan, bayangan di kroyok para manusia laknat di sekolah nya terbayang di benak nya saat ini.
"Ngapain juga mereka bully lo, kuker?"
"Lo nggak inget komen di instgram lo? Semua bully gue gara-gara tuh foto!" Ucap nya meninggi karena terpancing emosi.
"Cuma itu?" Briyan tersenyum menyeringai "lo takut sama omongan nggak penting mereka? Closer."
Nabilla menggeram kesal mendengar ucapan Briyan yang megatakan bahwa dia cemen. Belum tau saja dia siapa yang akan menghadang nya di ujung koridor nanti.
"Lo tau sendiri kan siapa cewek yang terobsesi banget sama lo? Pelopor para fens lo? ROSITA jangan belagak lupa siapa dia!" Ia memang bukan tipe cewek yang pemberani, meskipun mulutnya suka bicara pedes pada orang yang tidak suka pada nya.
Briyan menghembus kan nafas nya pelan "ada gue." Ia mulai membuka pintu mobil nya, namun Nabilla masih terlihat gelisah di tempat nya. "Apa sih yang lo takutin? Lo sama dia sama-sama makan nasi!"
"Arghh!" Akhirnya dengan terpaksa ia keluar dari mobil dan berjalan beriringan dengan Briyan memasuki sekolah.
Tenyata dugaan Nabilla tepat sasaran, di ujung koridor dekat tangga Rosita telah berdiri dengan angkuh nya sambil melipat tangan nya. Di belakang nya terdapat kacung-kacung yang sudah mengabdi lama pada nya.
"LO cewek nggak tau diri siapa lo berani deketin Briyan!" Ucap nya dengan menekan setiap kalimat nya dan menunjuk-nunjuk wajah Nabilla.
Nabilla mengekspresikan diri nya setenang mungkin agar ia tak di anggap takut.
"Masalah gitu?" Jawab Nabilla dengan nada tenang namun terdengar cukup sinis.
"Ya masalah lah! Dasar cewek nggak laku, cabe-cabean bisanya godain cowok orang! Bitch."
Nabilla tertawa dengan keras nya.
"Apa lo bilang? b***h ? Ngaca mbak b***h teriak b***h nggak malu?"
Mendengar Nabilla melawan muka Rosita memerah karena marah.
"Dan satu lagi, lo tadi bilang cowok orang? Briyan cowok siapa? Lo? Kayak nya nggak mungkin banget Briyan mau sama lo yang suka mangkal bareng om-om." Entah mendapat keberanian dari mana dari mana sampai Nabilla bisa berbicara sebegitu tajam nya.
Briyan sendiri pun yang sedari tadi terdiam dan menjadi penonton setia pun memandang Nabilla tak percaya dengan aksi heroik nya melawan semua kata-kata Rosita.
Plak!!
Tamparan mulus yang mendarat dengan sempurna di pipi kiri Nabilla membuat si empu meringis kesakitan dan sedikit mengusap pipi nya yang pasti sudah memerah.
Briyan yang melihat Nabilla di tampar sampai ia hampir kehilangan keseimbangan langsung merengkuh tubuhnya.
"Ini hadiah buat lo b***h karena udah berani-beraninya rebut Briyan dari gue dan sangat tidak tau malunya lo nyium Briyan."
Emosi yang sedari tadi sudah Briyan tahan sebentar lagi akan meledak. "Siapa lo berani nampar Nabilla!"
"Ihh tapi dia kalau nggak di gituin ngelunjak terus sayang." Ucap Rosita dengan Nada yang menjijikkan.
"Kenapa? Lo nggak suka? Jangan liat!"
"Hei! Dia udah berani-beraninya nyium kamu." Rosita masih tidak mau kalah padahal dalam foto itu terlihat jelas Briyan mencium kening Nabilla.
Nabilla yang sudah geregetan langsung berdiri tegak dan memandang Rosita sengit.
"HEH JALANG DENGER OMONGAN GUE!! TERSERAH GUE, GUE MAU APAAIN BRIYAN DIA MILIK GUE DAN GUE MILIK DIA! OH MASALAH CIUMAN? EMANG LO NGGAK PERNAH LIAT ORANG CIUMAN SAMPEK CIUMAN GITU AJA LO PANJANG-PANJANGIN! NIH LIAT KALAU LO NGGAK PERNAH LIAT ORANG CIUMAN!"
Cup.
Nabilla langsung mencium bibir Briyan tanpa di duga, Entah apa yang ada di pikirannya saat itu sampai ia melakukan hak memalukan itu di depan mata para siswa-siswi yang melihat adegan pertengkaran nya dengan Rosita.
Briyan membeku di tempat melihat aksi Nabilla yang tanpa di duga mencium bibir mya di muka umum. Terlebih Rosita yang mata nya sudah seperti ingin keluar dari tempatnya.
"Sekarang udah liat kan?" Ucap Nabilla dengan senyum devil.
"LO! Sekali lagi usik Nabilla, gue nggak segan-segan depak lo dari sini!" Ucap nya tajam menusuk.
Briyan menarik Nabilla pergi dari krumunan itu. Membawa nya ke taman belakang ia paham dengan kondisi Nabilla saat ini yang butuh ketenangan.
Di sepanjang jalan menuju taman banyak bisik-bisik antar murid yang membicarakan Briyan maupun Nabilla, namun mereka hiraukan saja.
Sesampainya di taman mereka duduk di salah satu kursi panjang taman yang napak teduh. Nabilla hanya menundukkan kepalanya, air mata yang sudah ia tahan sedari tadi pun keluar. Perasaan kesal pada Rosita dan malu pada Briyan yang tiba-tiba ia cium di depan banyak orang.
"Gue tau nggak harus nya gue sama lo, lo itu berlian dan gue? Sebatas batu akik." Ucap nya dengan suara bergetar.
Briyan menatap Nabilla tak percaya, bisa-bisa nya ia berkata seperti itu "Kenapa lo bilang gitu, nggak ada istilah kayak gitu!" Ucap nya setengah dongkol, ia paling benci di sebut-sebut seperti 'berlian' emang diri nya perhiasan? Ia tegas kan lagi, bahwa di manusia sama-sama makan nasi. Ia tidak suka melihat orang-orang terlalu memandang nya dengan tatapan memuja.
Briyan yang sadar Nabilla menangis, menangkat dagu Nabilla agar ia bisa melihat wajahnya yang sudah beruraian air mata.
"Jangan buang-buang air mata lo." Ucap Briyan pelan.
"Kata siapa lo nggak pantes buat gue? Gue malah seneng kali lo kayak tadi. Berarti lo udah ngakuin kalau gue milik lo dan lo milik gue." Ucap Briyan dengan senyumnya.
"Tapi tetep aja gue emang nggak pantes sama lo, buktinya aja banyak orang yang nggak suka." Ucap Nabilla dengan mengerucutkan bibirnya.
"Nggak usah dengerin omongan orang, orang tu bisanya cuma mencela saja." Ucap Briyan.
"Hmm. . Oke." Ucap Nabilla lesu.
"Gitu dong. Eh Nab ini masih sakit?." Tanya Briyan sambil menyentuh pipi Nabilla yang memerah dan sedikit memar karena tamparan Rosita tadi.
"Sakit+panas jadi satu." Jawab Nabilla.
Setelah itu Briyan mengecup pipi Nabilla.
"Bentar lagi juga sembuh kok." Ucap Briyan menggoda Nabilla.
Nabilla hanya bisa malu-malu kucing:D
"Apaan sih lo."
"Mau balik ke kelas, atau bolos aja?." Tanya Briyan pada Nabilla.
"Gimana ya? Pengennya sih bolos aja. Tapi kemaren abis bolos, masak tiap hari bolos?." Ucap Nabilla bingung
"Yaudah masuk ke kelas aja." Ucap Briyan.
"Pagi ini Jamnya si ABG tua, bisa di suruh push up gue." Jawab Nabilla.
"Jangankan si ABG tua si Doraemon aja nunduk sama gue. Tenang aja kali nggak bakal lo di hukum sama dia." Ucap Briyan sombong.
"Yaudah lah yok cepet." Setelah itu mereka berjalan menuju kelas.
Sesampainya di depan kelas Nabilla masih ragu untuk masuk ke dalam kelasnya. Karena memang pelajaran sudah di mulai.
"Ayo cepetan masuk." Suruh Briyan pada Nabilla yang tetap fiam di tempat.
"Nggak yakin gue." Ucap Nabilla ragu.
Langsung saja Briyan mengetuk pintu kelas yang terbuka setengah.
"Assalamu'alaikum." Ucap Briyan.
"Iya wa'alaikumsalam Briyan. Ada apa ya?." Tanya pak Roni sopan.
"Ini, tadi saya pinjam Nabillanya bentar." Ucap Briyan.
"Ohh pantesan tidak ada di kelas. Silahkan masuk Nabilla, pelajaran sudah di mulai." Ucap Pak Roni lembut.
'Ni orang ngajak ribut banget Di depan Briyan aja lembutnya sopannya nauzubilah.' batin Nabilla kesal.
"Yaudah gue masuk dulu ya. Thanks." Ucap Nabilla setelah itu Nabilla masuk ke dalam kelasnya.
Di dalam kelas, mereka menatap Nabilla dengan tatapan berbeda-beda. Tapi ia hiraukan saja.
Ia langsung saja duduk di samping Dilla yang sedari tadi menatapnya dengan tatapan bingung.
Selama pelajaran Nabilla terus saja diam. Padahal Dilla yang ada di sampingnya terus mrngajak bicara tapi ia hiraukan saja.
Sampai istirahat pun Nabilla tetap bediam di kelas, tak ada nuatan yntuk pergi ke kantin.
"Bill lo kenapa sih? Dari tadi diem mulu, di tanya juga nggak jawab." Ucap Dilla yang sudah geregetan dengan Nabilla yang enggan membuka suara.
"Atau. . Gara-gara tadi pagi? ." Tanya Sofi hati-hati agar tidak menyinggung perasaan Nabilla.
"Beneran Bill tadi pagi lo keren tau nggak bisa ngelawan si nenek lampir itu. Apa lagi bisa cium si Briyan lagi." Ucap Dilla antusias.
"Oh ya Bill lo beneran pacarnya Briyan? Tapi sejak kapan lo deket sama si Briyan?" Tanya Dilla lagi.
"Dilla stopp!! Gue pusing tau nggak!" Ucap Nabilla membentak Dilla.
Seketika Dilla langsung berhenti bicara.
Nabilla yang baru sadar kalau ia baru saja membentak sahabatnya itu, ia jadi merasa tidak enak.
"So-sorry Dill, gue nggak bermaksud bentak lo." Ucap Nabilla sambil menundukkan kepalanya.
"Yaudah nggak papa, mungkin lo belum siap untuk bicara. Kalau brgitu ke kantin yuk." Ajak Dilla yang langsung mendapat gelengan dari Nabilla.
"Ayolah Bill emang lo nggak laper??." Bujuk Sofi.
Nabilla yang tetap tidak mau akhirnya tetap di dalam kelas.
♡♥♡♥
Saat bell pulang sekolah velum berbunyi Briyan sudah stand bay di depan kelas Nabilla. Karena kebetulan kelasnya lagi jamkos.
Tak lama setelah bell berbunyi Nabilla keluar dari kelasnya.
"Tumben udah di sini." Ucap Nabilla yang melihat Briyan sudah duduk manis di depan kelasnya.
"Ya sekali-kali." Ucap nya cuek. Lalu mereka berjalan menuju parkiran setelah itu pulang.
"Yan nanti lo aja ya yang masuk jemput Raffa." Ucap Nabilla pada saat mereka hampir sudah sampai rumah Renata.
"Loh? Emang kenapa?." Tanya Briyan bingung.
"Gue bingung mau jawab apa kalau di tanya 'pipi kamu kenapa?'"Ucap Nabilla sambil menirukan ucapan mamanya.
"Yaudah. " ucap Briyan singkat.
Mereka telah sampai di depan Rumah Renata.
Briyan keluar dari mobilnya sedangkan Nabilla masih tetap berada di dalam mobilnya.
Tok. . Tok. . Tok
Briyan mengetuk pintu rumah mertuanya.
Tak lamakemudian Renata membukaan pintu.
"Eh briyan, udah pulang nak?." Tanya Renata.
Briyan menyalimi tangan mertuanya dan mencium punggung tangan Renata.
"Iya Ma." Jawab Briyan dengan senyum manisnya.
"Loh Nabilla mana?." Tanya Renata yang baru sadar kalau tidak ada Nabilla.
"Nabilla lagi tidur di mobil. Tadi katanya dia lagi nggak enak badan." Ucap Briyan bohong.
"Yaudah yuk masuk, Raffa nya lagi main tuh sama om nya." Setelah itu Briyan masuk ke dalam rumah dan menghampiri Raffa.
"Hay Raffa." Sapa Briyan pada Raffa yabg asyik main.
Raffa yang merasa di panggil menoleh ke arah Briyan dan tersenyum memamerkan dua giginya yang baru tumbuh.
"Ihh gemes dehh." Saking gemesnya Briyan langsung mengangkat tubuh mungil Raffa dan menciumi wajahnya sehingga membuat Raffa tertawa.
"Eh papa Briyan udah pulang, mama Billanya mana??." Tanya Rio yang baru keluar dari dapur.
"Lagi tidur di mobil, katanyalagi nggak enak badan." Ucap Briyan.
"Oww." Jawab Rio sambil manggut-manggut.
"Oh ya mama mana bang? Mau pamit pulang, kasian Nabilla nunggu lama." Ucap Briyan.
"Di kamar Nabilla, mungkin lagi beresin barang-barangnya Raffa." Ucap Rio.
Setelah itu ia menghampiri mamanya yang berada di kamar Nabilla.
"Ma. ." Panggil Briyan.
"Ada apa Yan??." Tanya Renata.
"Briyan mau pamit pulang dulu, kasihan Nabilla nunggu lama." Ucap Briyan.
"Yaudah ini Barang-barangnya Raffa." Renata menyerahkan tas Baby kepada Briyan.
"Makasih ya ma udah jaga Raffa." Ucap Briyan.
"Udah lah nggak usah terimakasih. Mama seneng kokbisa di titipin Raffa." Jawab Renata dengan senyumnya.
Briyan hanya menanggapi dengan senyumnya saja.
"Yaudah Briyan pulang dulu ya. Ma." Briyan yang hendak keluar dari kamar berhenti karena panggilan dari mertuanya.
"Ada apa ma?." Tanya Briyan bingung.
"Sebaiknya kalian cepat pindah ke sini ya, sebelum mama dan papa berangkat. Mama ingin menghabiskan waktu bersama kalian sebelum berangkat. "Ucap Renata dengan sendu.
"Insyaallah ma." Jawab Briyan.
"Yaudah kamu pulang gih, nanti Nabilla kelamaannunggu." Ucap Renata. Setelah itu Briyan segera keluar dari rumah.
Briyan membuka pintu belakang mobilnya untuk menaruh barang-barangnya Raffa.
Setelah itu ia menyerahkan Raffa pada Nabilla.
Dan ia segera melaukan mobilnya menuju apartemennya.