Setelah memuntahkan semua isi perutnya, Alea kembali terduduk di lantai bersandar pada dinding marmer yang dingin meresap di punggungnya. Alea lemas, takut, dan cemas karena jika dia hitung-hitung ternyata dirinya sudah terlambat sekitar tiga minggu. Karena terlalu banyak pikiran Alea sampai luput memikirkan hal itu. Alea segera bangkit untuk mengambil alat tes kehamilan yang selalu disediakan tuan Anmar di laci kamar mandi. Alea menunggu beberapa saat dengan pikiran cemas tidak karuan, walaupun dia sudah lama menanti kehamilan tapi dalam kondisinya sekarang ternyata hal itu justru membuatnya was-was. Perlahan samar-samar dua garis merah mulai timbul menjadi lebih jelas dan Alea benar-benar lemas hingga kembali terduduk ke lantai. Rasanya sangat luar biasa karena setelah penantiannya beg