Setelah membantu Alea untuk kembali berpakaian dan mengancingkan kemejanya dengan rapi, tuan Anmar juga kembali memakaikan jasnya untuk membungkus tubuh Alea. "Jangan malu." Pria itu menyentuh dagu Alea dan mengangkatnya. Pipi Alea memang sedang merona merah dan bibirnya masih agak nanar. "Aku malu harus keluar seperti ini," jujur Alea ketika melihat tampilan dirinya sendiri. Meskipun tidak ada yang melihat perbuatan mereka tapi tetap saja memalukan keluar pagi-pagi begini bersama dengan seorang pria yang baru mengajaknya bercinta di atas sofa ruang kantor. Tuan Anmar menyapukan ibu jarinya pada bibir Alea kemudian turun ke sisis kulit lehernya yang lembut dan berjejak. "Apa aku terlalu keras padamu?" "Tidak," Alea menggeleng. "Kita harus segera pulang agar kau bisa beristirahat."