Anmar Haris sedang memukuli samsak di ruang gim setelah tadi dia juga selesai mengelilingi lapangan beberapa kali sampai berkeringat. Napasnya sudah tersengal dan keringatnya bercucuran tapi rasanya dia masih belum ingin berhenti memukul. Beberapa kali dia hanya berhenti sejenak untuk memeriksa layar ponselnya dan tetap tidak dibalas. Kadang dia sendiri juga tidak tahu apa sebenarnya yang sedang ia tunggu. Kembali lagi pada kata 'menunggu' dan tiba-tiba napasnya seolah terhenti sejenak. Gejala flunya sudah menghilang tapi kenapa sepertinya malah justru sedang muncul gejala yang lain. Dia segera berhenti untuk duduk sejenak dan menunggu sampai jantungnya normal kembali, memejamkan mata dan menghirup napas dalam-dalam, sepertinya ia memang harus bisa berpikir lebih jernih, ia butuh tempat y