Setelah rapat usai, Julien meraih tangan Lacey dan menuntunnya menaiki tangga menuju kamar suite mereka. "Lacey, kita harus bicara," katanya, tampak seksi di saat matanya dipenuhi kekhawatiran. Kerutan terbentuk di antara mata Lacey. "Baiklah." Dia mengambil beberapa langkah lagi untuk mengimbangi langkah panjang pria itu. Pemikiran harus membunuh saudaranya sendiri jelas memberatkan hati pria itu. Lacey meremas tangan Julien lembut. "Julien, apa kau baik-baik saja?" Dia mengangguk. "Kita akan bicara di kamar suite kita." Untuk pertama kalinya, pria itu mengakui bahwa tempat itu adalah kamar suite mereka bersama, bukan hanya kamarnya. Dia pun menarik Lacey dan menutup pintu. Setelah itu, dia berjalan ke bar dan menuangkan minuman bourbon yang diberi es batu, kemudian menenggaknya. Lalu d