Saskia menutup matanya, menyerah pada gelombang sensasi yang tidak diinginkan tapi tak terelakkan. "Di... di sini, Om," bisiknya, suaranya parau. Dia tidak ingin menunjukkan lebih banyak kelemahan dengan membawanya ke kamar, ke tempat tidur mereka yang seolah menjadi saksi utama penaklukannya. Geonando terkekeh pendek, puas. Tangannya melanjutkan penjelajahannya, menemukan celah dalam pakaian dalamnya. "Kia... kamu nakal, sudah basah," bisiknya di telinganya, kata-katanya seperti cambuk yang memalukan dan mendebarkan. Dia mendorongnya dengan lembut hingga punggung Saskia menempel pada rak buku yang kokoh. Kulitnya yang dingin kontras dengan hawa panas yang memancar dari tubuh mereka berdua. Geonando tidak terburu-buru. Dia seperti seorang konduktor yang memimpin orkestra penderitaan dan

