Part 4

1380 Kata
    “Yes, of course, free”     “Huh, baiklah, apa yang akan ku kerjakan terlebih dahulu..? Apa yang akan ku lakukan di depan keponakanmu..? Huh, masih muda gini udah om om rupanya kamu. Seru juga kalau kamu di panggil om. Udah cocok. Apa aku juga harus memanggilmu sayang di depannya..??” Goda Virly mengakak     “Ssh..!!ngga perlu, akungga sudi di panggil sayang olehmu. Dia saudara jauhku, dia sangat dekat dengan bundaku, mangkanya dia bersikap berlebihan di depanku” Virly mengangguk     “Kamu hanya mengikuti kemauan dia, kamu juga bisa mengajaknya jalan-jalan, keliling Jakarta dan belanja. Dia anak manja dan suka belanja. Dan yang paling penting, selama Angel di sini, cobalah untuk menjauhkan dia dariku, akungga ada waktu buat nyanggupin permintaannya. Aku akan berusaha meminta pacarku kembali, sebelum dia kembali ke Yogya ” Jelas Dylan.     “Baiklah, kalau begitu buatkan orange jus untuknya dan untukku om Dylan” Perintah Virly     “Apa…? Apa maksudmu..? Jangan memanggilku om, aku bukan om, kamu bukan keponakanku, hanya Angel keponakanku di sini”     “Kamu mau atau tidak..? Kalaungga aku pulang, nih” Dylan mengela nafas     Virly membawa sebuah mampan berisi dua gelas orang jus, dia tersenyum ramah pada Angel, sementara pada Dylan ia menunjukkan senyum palsu. Laki-laki itu membalasnya dengan senyum kecut sambil mensedapkan tangannya di d**a.     “Jadi..? Kalian sudah tinggakl bersama..?” Angel mulai membuka topik     “Oh,ngga, saya hanya mampir ke sini, memastikan kalau Dylan sudah makan atau belum” Jawab Virly senyum seramah mungkin     “Oh, kamu sangat perhatian pada calon suami. Kalau begitu, mulai sekarang aku memanggilmu tante, ia tante” Virly syok, ia membelalakkan mata. Di usianya yang masih belia di panggil tante oleh gadis yang umurnya tidak bertaut jauh dengannya.     “Ta..tan..tante…??” Angel mengangguk     “Hoh… hoho….! Kayaknyangga usah deh, kayaknya umur kitangga beda jauh, umur kamu sekarang berapa..?”      “18 tahun..! Aku baru tamat SMA”     “Umur kita beda dua tahun, saya masih 20 tahun, panggil kakak aja, saya risih di panggil tante” Ucap Virly      “Kakak…??” Virly mengangguk “Tapi sebentar lagi kamu jadi istri om saya”     “Yah, setelah saya jadi istri om kamu, baru kamu bisa memanggil saya tante. Untuk sekarang, kamu panggil kakak aja” Angel mengangguk     “Baiklah kalau begitu, saya akan manggil kamu kakak, bagaimana menurut om, apa om setuju…??” Tanya Angel manja     “Terserah kalian saja” Jawab Dylan dingin. Ia kemudian beranjak ke lantai dua, meninggaklkan Virly dan Angel.      Kedua gadis itu beberapa kali tertawa di ruang tamu, Virly mendengarkan semua cerita Angel mengenai masa remaja Dylan. Angel, gadis itu langsung merasa nyaman pada calon tantenya itu, begitu juga sebaliknya.     Angel adalah salah satu keponakan jauh Dylan di Yogyakarta, semua keluarga besarnya tinggal di sana. Hanya ia yang terdampar sendiri di Jakarta, ini sudah keputusannya saat ia di terima di salah satu universitas negeri Jakarta. Bukan berarti ia dari keluarga seadanya, sebenarnya ia berasal dari keluarga berada, sangat berada. Tetapi ia memilih mandiri dari pada menikmati harta orangtuanya.     Kedatangan Angel sangat menyusahkan Dylan. Bagaimana tidak, sebelumnya, ia sama sekali tidak menduga salah satu keluarganya akan mengunjunginya setelah ia mengabarkan dua minggu yang lalu pada bundanya, bahwa secepatnya ia akan membawa menantu untuk keluarga besarnya. Sekarang, apa yang harus di lakukannya ? Dia telah di tolak oleh mona, pacarnya. Tidak mungkin ia mengatakan pada Angel yang sebenarnya, sudah pasti detik itu juga berita itu akan tersebar bagaikan air pancur yang mengalir, begitu deras dan menghayutkan. Ia tidak mengerti, kenapa keponakannya yang satu ini bermulut ember, tidak bisa menjaga rahasia walaupun dalam satu hari.     Sudah banyak rencana yang gagal karena mulut ember koponakannya yang satu ini. Dylan masih ingat, bagaimanana raut wajah kekecewaan tantenya, saat mereka membuat surprise pada abangnya yang baru lulus SMP, tetapi semuanya gagal karena mulut Angel, dia keceplosan saat abangnya bingung dengan tingkah kedua orangtuanya. Surprise yang telah dipersiapkan dua hari sebelumnya gagal total.     Saat Dylan kena pergok sedang jalan dengan pacar pertamanya di mall, sewaktu itu Dylan masih baru duduk di bangku SMA, masa-masa pencarian jati diri. Berita itu langsung menyebar di keluarga besar Dylan. Dia tidak bisa membayangkan bagaimana malaunya ia saat itu. Sejak saat itu Dylan tidak mau bercerita hal-hal pribadi pada Angel, dia yakin semuanya pasti akan bocor.     “Kayaknya aku harus pulang dulu, deh, nanti kita cerita lagi” Pamit Virly, setelah hampir dua jam bercerita dengan Angel     “Loh, kok pulang sih, kak..? Aku kan baru nyampe, kenapangga nginap di sini aja..?” Tanya Angel kecewa     “Nggak lama kok, rumah kakak di samping itu” Virly menunjuk dinding kearah rumahnya.     “Jadi..?! Kakak sama om Dylan tetanggak..? OMG, so sweet banget, pengen deh kak. Kalau gitu Angel ikut ya kak” Pinta gadis remaja itu     Keduanya bergegas menuju rumah Virly setelah berpamitan pada Dylan, bukan pamit secara baik-baik, mereka berteriak dari ruang tamu, sama halnya seperti Virly meneriakinya beberapa hari terakhir.     “Rumah kakak besar juga, yah.? Kakak juga tinggal sendiri..?” Virly mengangguk     “Mama papa kakak sibuk mulu, jarang di rumah” Gantian, Angel yang mengangguk     “Aku akan menemani kamu di rumah Dylan, dan mulai malam ini aku tidur di sana, bersamamu” Jelas Virly, ia membawa Angel ke kamarnya     “Benarkah..? Kakak emang orang yang paling baik,ngga salah om Dylan memilih kakak sebagai istri” Puji Angel bangga     “Ia, begitulah. Tunggu sebentar ya, aku akan mengemasi beberapa baju” Virly membuka lemarinya dan memilih beberapa baju untuk di pindahkan ke rumah Dylan, tetanggaknya.     “Wah, kakak punya speaker keren” Angel memeriksa benda berwarna hitam pekat di atas meja, milik Virly “Ini kan merek terkenal kak, limited editon lagi, kakak benar-benar keren, selera kakak top banget” Tambahnya mengacungkan jempol     “Kamu suka…?? Kalau mau mainin aja” Virly menoleh sambil senyum     “Kak, bolehngga, ini kita bawa ke rumah om Dylan, kita bisa nyanyi di sana”      “Hm, boleh” Virly mengangguk     “Akh..! Makasih ya kak..! Aku suka sama kakak, aku mendukung banget, kakak jadi tante aku” Angel memeluk Virly dengan erat.     Setelah selesai berkemas, Virly dan Angel membawa beberapa tas milik Virly ke dalam salah satu kamar rumah Dylan, di lantai dua. Pintu kamar mereka berhadapan, Virly dan Angel berada dalam satu kamar.     “Harusnya Aku sering-sering dulu ke sini” Guman Angel pada Virly dan Dylan. Saat ini mereka berada di meja makan.     “Huh..?” Dylan menyerngit     “Ia, kalau aku tau calon tante aku segokil ini, udah dari dulu aku berkunjung ke sini, setidaknya sekali sebulan, itung-itung liburan” Cengir Angel.     “Mulai sekarang, kan bisa. Kamu bisa kapan aja kamu mau” Ucap Virly lembut, ia menatap sinis pada Dylan, laki-laki itu membalasnya dengan helaan nafas kasar.     “Hhmm…! Calon tante aku baik banget, pengen deh, om dan tante cepat-cepat nikah, tanggal berapa rencananya om..??” Angel mendekatkan badannya pada meja, siap mendengarkan jawaban omnya.     “Belum tau”      “Hah..?? Belum tau..?? Tapi om bilang pada nenek, secepatnya. Gimana sih om..?!” Ucap Angel kecewa     “Om masih capek, kerjaan masih menumpuk di kantor, belum sempat mikirin pernikahan” Balas Dylan     “Tu kan salah om sendiri, kalau om kerja di perusahaan kakek, omngga akan serepot ini, om bisa santai mengurus pernikahan” Tukas Angel mengerutkan keningnya     “Huh…!! Sudah lah, aku sudah selesai” Jawab Dylan beranjak menuju kamarnya di lantai dua.     “Dasar om om aneh..!!ngga bisa di bilangin” Gerutu Angel pelan “Kakak jangan berpaling dari omku ya..! Sebenarnya dia bukan seperti itu, dia sangat baik” Pinta Angel     Virly menggakngguk “Ia, kamu tenang aja”     Setelah selesai makan, keduanya mencuci piring dan beranjak ke lantai dua, ke kamar mereka. Sebelum tidur, Angel memoleskan cream malam pada wajahnya, sementara Virly mengutak-atik handphone barunya.     “Kak, besok kita jalan, yah” Ucap Angel menoleh Virly dari kaca di depannya     “Ia, tunggu aku pulang kuliah, ya”     “Kak, bolehngga, aku ikut ke kampus kakak besok ?”     “Hah..? Ikut ke kampus aku..? Kamungga bosan nanti, tunggu di rumah aja, nanti kakak jemput kamu”     “Lebih bosan di rumah kali kak,ngga apa-apa aku nungguin kakak di kantin besok”     “Oke, kalau itu maumu” Senyum Virly     “Handphone kakak sama om couple ya..? Tadi aku liat, punya om juga gitu” Virly tersenyum sambil membolak-balikkan handphone barunya.     “Oh, aku lupa” Angel berlari kecil, mengambil handphonenya di atas nakas     “Ada apa..??” Virly menyerngit     “Aku lupa ngabarin keluarga di Yogya” Virly kembali mengangguk.     Angel kemudian sibuk dengan handphonenya, ia sedang video call pada keluarga besarnya, di sana ada kedua orang tuanya, abangnya, kedua orang tua Dylan dan beberapa keluarga lainnya.     “Kak, sini, kenalan sama keluarga besar Angel” Pinta Angel pelan, ia mengarahkan layar androidnya pada Virly.     “Nggak usah, malu” Ucap Virly, mencoba menolak secara halus     “Nggak apa-apa, kak. Nanti juga bakalan ketemu, terus kenalan kan..?!” Virly tidak bisa menolak. Ia kemudian menerima handphone Angel dengan tangan gemetaran, takut. Bagaimana kalau Dylan marah..?!     “Hallo tante, om” Sapa Virly  
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN