Mona berlari ke lobby kantor, air matanya tidak bisa di bendungnya lagi, musnah sudah harapannya dengan Dylan, laki-laki yang dicintainya segenap jiwa dan raga. Ia tidak memiliki harapan lagi, Dylan telah memiliki penggantinya. Sudah ada perempuan lain yang mengisi kekosongan hati Dylan. Mereka bukan main-main, mereka serius, perempuan itu telah datang menemui Dylan di kantornya, membawakannya makan siang “Mona…!!” Luthfi memegang lengan Monalisa, membopong agar perempun itu tidak jatuh merosot ke lantai “Biarkan aku sendiri, Fi, aku butuh waktu” Ucap Mona di sela-sela tangisnya “Cukup Mona, akungga suka kamu terus-terusan menangis. Hatiku tersayat-sayat setiap melihat butiran air matamu, akungga bisa melihat kamu seperti ini tiap hari”